SENYUM : Iis, TKW asal Cilamaya Kulon pernah viral di medsos karena disebut terjangkit virus corona, pada awal-awal masa pandemi lalu. Saat itu dia baru pulang dari Singapura.
TKW Cilamaya Pernah jadi Korban Kejahilan Netizen
KARAWANG, RAKA – Iis (37) warga Dusun Krajan, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamya Kulon, tiba-tiba jadi populer di media sosial setelah dia pulang dari Singapura. Bukan karena mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) itu digemari netizen atau yang biasa disebut selegram, tapi gara-gara dia diisukan positif corona. Isu itupun menggelinding liar di platform media sosial semisal Facebook. Setelah ditelusuri ternyata kabar tersebut hoaks. Hal itu dipastikan oleh Camat Cilamaya Kulon Rulli Surtisna. Dan dikuatkan oleh Kasubag TU UPTD Puskesmas Sukatani Kecamatan Cilamaya Wetan, Syarifuddin.
Kabar hoaks yang menimpa Iis yang terjadi tahun 2020 itu bukan kali pertama terjadi. Banyak informasi palsu mengenai corona maupun vaksin yang tersebar luas di masyarakat Karawang. Semisal siswi meninggal usai divaksin, dan karyawan toko di Karawang Central Plaza. Namun, kesemuanya adalah berita bohong setelah diklarifikasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Menurut pegiat media sosial yang masih bersekolah di SMAN 2 Ciampel, Yuni Hartini, perkembangan teknologi yang terjadi di era modern bukan saja memeberikan dampak positif, karena tidak sedikit seseorang terjerat kasus hukum akibat menyebarkan isu hoaks di media sosial. “Teknologi memang memberikan manfaat, tapi tidak sedikit banyak orang yang dirugikan gara-gara teknologi. Itu terjadi akibat salah menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi,” ucapnya kepada Radar Karawang.
Praktisi teknologi informasi, Aulia Rachma mengatakan, salah satu cara untuk menangkap berita hoaks di media sosial adalah mengklarifikasi berita tersebut. Artinya, masyarakat jangan langsung percaya dengan isu yang beredar. “Masyarakat harus cerdas. Harus terbiasa berliterasi,” ungkapnya.
Menurutnya, kecanggihan teknologi informasi saat ini memudahkan siapa pun yang berniat untuk melakukan teror, bahkan menyesatkan masyarakat melalui informasi sesat. “Banyak sekali aplikasi yang mendukung hal-hal negatif tersebut,” tandasnya.
Wakil Bupati Karawang Aep Syaepuloh mengimbau kepada warga agar tidak terpengaruh dan percaya terhadap informasi palsu atau hoaks, terkait dampak dari vaksin virus corona. “Informasi terkait vaksinasi corona yang membahayakan, adalah berita hoaks dan menyesatkan, karena itu masyarakat agar jangan percaya, dan mau divaksin,” kata Aep.
Wabup mengajak masyarakat untuk tidak merasa takut divaksin. “Vaksin ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh kita terhadap covid. Ini adalah bentuk ikhtiar, demi keselamatan kita bersama,” ujarnya. Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta masyarakat mewaspadai hoaks tentang corona yang masih terus ada hingga saat ini. “Sejumlah hoaks yang masih terus menyebar di sekitar kita, dan menjadi salah satu kendala penanganan Covid-19 di Indonesia. Corona harus terus kita lawan, persebaran hoaks harus kita tangkal,” ungkap Juru Bicara Kominfo Dedy Permadi.
Sejak Januari 2020 hingga 25 November 2021, Kominfo menemukan 1.999 isu hoaks dari 5.162 unggahan yang ada di media sosial. Kementerian sudah memutus akses terhadap 5.031 unggahan, sementara 131 lainnya masih dalam proses. Facebook masih menjadi tempat terbanyak dalam penyebaran hoaks tentang Covid-19 yaitu 4.463 unggahan dari total yang ada. Kominfo juga menemukan hoaks tentang vaksinasi Covid-19, yang secara total berjumlah 395 isu pada 2.449 unggahan di media sosial. Kominfo sudah memutus akses untuk seluruh unggahan ini.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat juga tidak luput menjadi sasaran hoaks. Ada 48 isu dari 1.194 unggahan di media sosial. Unggahan hoaks soal ini paling banyak ditemukan di Facebook, yaitu 1.176. Kominfo sudah menutup 1.038 unggahan hoaks seputar PPKM, 156 sisanya masih ditindaklanjuti. Hoaks yang beredar seminggu terakhir antara lain CEO Pfizer ditangkap FBI karena memalsukan data vaksin. Aliansi Dokter Dunia menyatakan, virus corona varian Delta tidak ada. Mandi dengan ramuan soda kue, garam, epsom dan boraks untuk menghilangkan kandungan vaksin Covid-19.
Kominfo melihat hoaks, terutama yang berkaitan dengan virus corona masih membayangi anak-anak. Siapa pun, terutama generasi muda, diharapkan tidak terancam hoaks, apalagi jika sampai menyebarkannya. Merujuk pada studi di Jerman tahun 2020 menunjukan 76 persen dari 2.000 anak usia 14.24 tahun setidaknya terpapar hoaks sekali dalam seminggu. Survei lainnya, pada 2019 menunjukan tiga perempat dari 14 ribu responden di 10 negara tidak bisa menentukan kebenaran dari informasi yang mereka terima. (mal/nce/psn)