
PURWAKARTA, RAKA – Masa pelatihan pendidikan berkarakter bela negara selama 14 hari yang dijalani 39 pelajar SMP di Kabupaten Purwakarta telah berakhir.
Tangis haru menyelimuti suasana usai upacara penutupan di Markas Resimen Armed 1/ Sthira Yudha Purwakarta, pada Minggu (18/5).
Tangis mereka pecah saat mereka satu per satu memeluk erat orangtua yang menjemput, bahkan tak sedikit yang bersimpuh mencium kaki ayah dan ibu.
Baca Juga : Yadi Mantan Calon Bupati Pimpin Nasdem
Upacara itu dihadiri Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Para orang tua terharu melihat perubahan sikap anaknya.
“Saya lihat anak saya beda. Lebih tenang, lebih sopan. Dulu sempat ikut tawuran, sekarang malah cium tangan sambil minta maaf,” kata Yeni salah satu orang tua pelajar, Minggu (18/5).
Yeni berharap anaknya terus mengalami perubahan sikap ke arah yang lebih positif.
“Mudah-mudahan bisa jadi anak soleh, bisa berubah,” ucapnya.
Tonton Juga : ARTIS HOLLYWOOD SAHABAT PRABOWO TITIEK
Para pelajar ini sebelumnya diketahui terlibat berbagai kenakalan remaja, seperti tawuran, bolos sekolah, bahkan konsumsi minuman keras.
Orangtua mereka, yang awalnya ragu mengizinkan anak mengikuti program ini, kini justru merasa bersyukur.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein mengatakan bahwa program ini bukan sekadar pelatihan fisik.
“Mereka bukan hanya belajar disiplin, tapi menulis janji untuk diri sendiri, kepada lingkungan, dan kepada Tuhan. Itulah yang paling penting,” ujarnya.
Binzein menepis terkait munculnya isu pemaksaan. Sebab, program ini juga mendapat pengawasan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID).
“Semua menyaksikan sendiri tadi, tak ada paksaan. Yang ada justru pelukan dan tangis bahagia dari orangtua,” katanya.
Meski masa barak usai, perjalanan pembinaan belum selesai. Menurutnya, para pelajar akan kembali untuk sesi refresh dua minggu mendatang, sebagai bentuk kontrol dan kesinambungan program.
“Kami tak ingin mereka hanya berubah sementara. Harus berkelanjutan,” ujar Binzein.
Terkait kelanjutan program pendidikan berkarakter ini, ia menyebutkan bahwa pihaknya sudah mendata calon siswanya.
“Kami seleksi ketat. Harus ada rekomendasi dari sekolah, orangtua, dan hasil asesmen psikologis. Jangan sampai ada yang dititip sembarangan,” ucapnya. (yat)