144 Balita Stunting di Kota
KARAWANG, RAKA – Hidup bermasyarakat di wilayah perkotaan, belum tentu bisa menjamin gizi ibu hamil hingga balita agar terhindar dari stunting. Tengok saja Kelurahan Karangpawitan, Karawang Barat. Tercatat ada 144 balita dinyatakan stunting.
Mengatasi hal itu, petugas Puskesmas Karawang bekerja keras agar target nol stunting bisa terwujud.
Penurunan dan pencegahan stunting yang dibebankan kepada Puskesmas Karawang ini berdasarkan surat keputusan bupati tentang penetapan desa lokus penurunan dan pencegahan stunting di Karawang tahun 2022.
Kasubag Puskesmas Karawang Gita Puspita menyebut, ditetapkannya sebagai desa lokus stunting, pihak puskesmas melakukan kerjasama dengan kelurahan, lintas sektor, masyarakat, dan instansi pendidikan.
“Targetnya di tahun 2024 itu sudah new zero stunting, jadi tidak ada lagi kasus baru,” katanya saat ditemui di Puskesmas Karawang.
Berbagai cara dilakukan Puskesmas Karawang untuk memutus atau menurunkan kasus stunting di wilayah kerjanya. Seperti pembentukan tim yang melibatkan banyak pihak untuk pencegahan, dan penurunan stunting di Kelurahan Karangpawitan. Gita menyebut data awal jumlah balita stunting di Kelurahan Karangpawitan itu ada 144 orang.
“Data awal itu kita ambil dari hasil validasi atau verifikasi pada bulan penimbangan (PBB) di bulan Februari 2022,” imbuhnya.
Lebih lanjut kata Gita, terdapat sejumlah rencana yang sudah dan masih berjalan guna memutus kasus stunting di Karangpawitan. Yaitu, membentuk pos gizi terintegrasi Graha Puspita di Posyandu Nusa Indah XII. Di pos gizi terintegrasi itu terdapat banyak kegiatan, misalnya penyuluhan, edukasi kesehatan, hingga demo masak. Masih kata Gita, yang menjadi sasaran dari kegiatan di pos gizi terintegrasi yaitu balita stunting 15 orang, ibu hamil yang beresiko atau KEK (kekurangan gizi kronis) 5 orang, dan remaja putri yang anemia 5 orang.
“Kegiatan di pos gizi ini dilaksanakan setiap bulan minggu keempat, selama lima hari berturut-turut,” imbuhnya.
Lanjut Gita, penyebab stunting itu karena kekurangan nutrisi jangka panjang. Dan kasus stunting itu tidak hanya saat balita itu lahir, tapi penyebab kasus stunting juga bisa terjadi sejak ibu mengandung atau hamil. Maka dari itu sebagai upaya pencegahan, puskesmas melibatkan ibu hamil dan remaja dalam kegiatan di pos gizi terintegritas.
“Yang paling penting semua harus mendukung untuk penurunan dan pencegahan stunting ini,” pungkasnya. (mra)