RATA DENGAN TANAH: Ratusan kios yang berdiri di lahan PT KAI di Desa Cikampek Kota, Kecamatan Cikampek sudah rata dengan tanah.
CIKAMPEK, RAKA – Sebanyak 100 kios dan lapak pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) di Desa Cikampek Kota, Kecamatan Cikampek, rata dengan tanah. Mereka digusur oleh perusahaan kereta api tersebut, karena menunggak pembayaran sewa lahan selama 17 tahun.
Kepala Desa Cikampek Kota terpilih Ahmad Nurdin mengatakan, beberapa waktu lalu PT KAI menggusur ratusan kios, pasalnya PT Lukulo Bangkit sebagai pengelola kios tidak membayar uang sewa selama 17 tahun. “Maka dari itu pihak PT KAI juga melayangkan surat tembusan kepada pemerintah desa sampai ke kecamatan,” ucapnya kepada Radar Karawang, Senin (5/4).
Ia menambahkan, saat penggusuran para pemilik kios dan PKL tidak melakukan perlawanan sedikitpun. “Apalagi surat peringatan juga sudah ketiga kalinya. Ditambah para PKL juga mengerti dan sadar diri bahwa mereka tidak membayar uang sewa, jadi mereka memang sudah menunggu untuk pergi. Apalagi orang-orang yang punya toko di situ bukan warga kita,” tambahnya.
Menurutnya ratusan toko yang sudah berdiri belasan tahun itu, juga sudah tidak terawat karena digunakan untuk toko penjualan hewan seperti ayam potong, ayam adu dan jenis unggas lainnya. “Kalau masuk wilayah itu pasti baunya tidak karuan, bahkan sangat kumuh dan tidak sehat. Makanya lebih baik dikosongkan, karena para pedagang juga sudah mulai enggan menggunakan toko tersebut. Artinya sudah mulai ditinggalkan oleh para pedagang,” akunya.
Kepala Stasiun Kereta Api Cikampek Rohman mengungkapkan, penertiban dilakukan langsung oleh PT KAI Pusat. Hal itu dilakukan untuk mengamankan aset PT KAI yang dinilai sudah tidak produktif. Menurutnya sejauh ini lokasi tersebut akan dikosongkan sementara waktu. “PT Lukulo Bangkit pun tidak ada respon apapun. Sejauh ini pedagang juga sudah meninggalkan ruko, makanya langsung kita robohkan. Istilahnya bukan penggusuran tapi penertiban,” ungkapnya.
Seorang pedagang merpati yang tergusur, Santo mengaku iuran sudah tidak berjalan, sehingga dia tidak melakukan perlawanan saat kiosnya ditertibkan. “Ditambah memang sepi sih, soalnya lokasi tokonya di dalam. Jualan juga kadang buka kadang tidak, jadi ya tidak apa-apa sih kalaupun diusir, saya mau pindah toko juga,” pungkasnya. (mal)