Uncategorized

Pustu Parungsari tak Seram Lagi

LEBIH NYAMAN: Suasana ruang pemeriksaan Pustu Parungsari, Telukjambe Barat.

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Warga Desa Parungsari, Kecamatan Telukjambe Barat, merasa senang dengan perkembangan puskesmas pembantu di desa tersebut.

Bukan saja karena fasilitas yang memadai dan bidan desa yang ramah, namun juga karena Pustu Parungsari saat ini tidak nampak seram lagi. “Dulu mah seram, makanya jarang ada yang berobat ke situ,” ungkap Eni Nurhayati (30), warga Dusun Kampung Leuwiasem.

Eni menceritakan, sebelum adanya pergantian bidan yang mengelola pustu Februari lalu, bangunan pustu yang berada di Kampung Babakan Cebong saat itu terkesan kumuh. Dikatakannya juga, ruang tunggu pasien di dalam bangunan juga saat itu terasa sempit. Berbeda dengan sekarang karena telah ada ruang tunggu yang lebih lega di bagian luar bangunan. Tak heran jika saat ini lebih banyak pasien yang dirawat di pustu tersebut. “Dulu terawat mah terawat, cuma penampilannya kurang menarik,” ujarnya.

Warga lainnya, Yati Maryati mengaku sudah beberapa kali berobat di Pustu Parungsari dan puas dengan pelayanan yang diterimanya. Warga Kampung Babakan Cebong menilai fasilitas Pustu saat ini cukup memadai, tertutama alat-alat untuk membantu persalinan. Menurutnya, bidan yang bertugas juga sangat ramah, bahkan bersedia mendatangi rumah pasien jika dalam keadaan darurat. “Dia mah mau saja (mendatangi) jam berapapun, malah tengah malam juga,” tuturnya.

Sementara itu, Bidan Desa yang mengelola Pustu Parungsari Warkinih menjelaskan bahwa pustu yang dikepalainya tersebut berada dalam jangkauan wilayah kerja Puskesmas Wanakerta. Saat pertama datang dirinya merasa penampilan pustu mesti ada yang diubah, maka secara bertahap dilakukan pengcatan ulang dinding, serta mengubah tata letak fasilitas dan pemanfaatan ruangan.

Dia juga menyulap halaman pustu yang tadinya hanya hamparan tanah, kini telah berkeramik dan diteduhi kanopi. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai ruang tunggu yang lebih lega dari sebelumnya. Ia mengaku merogoh kocek pribadi untuk menyulap pustu agar lebih indah dan nyaman, yakni dari penghasilannya membuka praktek umum selepas jam pelayanan pustu selesai.

Menurutnya, jika mengajukan anggaran untuk perbaikan kepada pemda prosesnya akan memakan waktu yang cukup lama, sehingga dirinya berinisiatif merenovasi sendiri demi kenyamanan pasiennya. “Saya melayani masayarkat di sini gimana caranya supaya membuat (suasana) senyaman-nyamannya,” ucapnya.

Warkinih juga memaparkan, Pustu Parungsari melayani sekitar 1.474 KK atau bisa sekitar 4.000 jiwa. Adapaun pasien yang datang berobat dalam sehari hanya 3 atau 4 orang. Di Desa Parungsari sendiri, saat ini terdapat 7 posyandu di bawah naungan pustu yang tersebar di beberapa RT. Adapun dalam keadaan darurat, Pustu Parungsari tidak bekerja sendirian, namun dibantu juga oleh petugas kesehatan lainnya yang membuka praktek umum di desa itu. “Kalau panggilan siang malam ya karena kita juga manusiawi, kalau dipanggil orang yang sakit masa menolak,” tuturnya. (cr5)

Related Articles

Back to top button