Karawang
Trending

66 Orang Digigit Ular, 2 Meninggal

KARAWANG,RAKA- Musim hujan tidak hanya membawa potensi banjir dan penyakit demam berdarah, tapi juga meningkatkan risiko gigitan ular. Sepanjang tahun 2025, 66 orang digigit ular, 2 meninggal dunia.

“Kasus gigitan ular memang meningkat di musim penghujan dibanding musim kemarau. Dari total 66 kasus, dua di antaranya meninggal. Sisanya selamat karena penanganan cepat,” ungkap dr. Hj. Yayuk Sri Rahayu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Karawang, saat diwawancarai pada Senin (14/7).

Baca Juga : Cerita Orang Tua Siswa di Hari Pertama Sekolah

Menurut dr. Yayuk, tidak semua ular berbisa, namun masyarakat tetap perlu waspada karena ular berbisa dapat menyerang sistem saraf (neurotoksik) dan sistem darah (hematotoksik). Efek gigitan bisa berbeda tergantung jenis ular dan kondisi korban.

“Ular itu ada yang menyerang darah, ada juga yang menyerang saraf. Gejalanya bisa dari pembekuan darah, perdarahan, hingga kehilangan kesadaran. Itu sebabnya penanganan harus dilakukan secara medis, bukan pakai cara tradisional,” jelasnya.

Yayuk menegaskan pentingnya penanganan cepat dan tepat saat terjadi gigitan ular. Salah satu kesalahan umum di masyarakat adalah mengikat luka terlalu kencang, yang justru bisa memperparah kondisi.

“Kalau tergigit ular, jangan diikat keras. Cukup diimobilisasi saja, artinya bagian tubuh yang tergigit jangan digerakkan, bisa dibalut atau difiksasi pakai splint. Setelah itu segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit, bukan diobati sendiri,” tegasnya.

Tonton Juga : RIZKY RIDHO, PEMAIN TERMAHAL DI INDONESIA

Di fasilitas kesehatan, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk mendeteksi apakah darah membeku atau tidak, serta memantau tanda-tanda efek neurotoksik. Jika terindikasi parah, pasien akan dirujuk dan mendapat penanganan intensif, termasuk antivenom (serum anti bisa ular) sesuai jenis bisa yang menyerang.

Kasus gigitan ular paling banyak ditemukan di wilayah-wilayah dengan kondisi geografis yang memungkinkan habitat ular berkembang.

Wilayah tersebut dilaporkan secara rutin oleh rumah sakit dan puskesmas yang tergabung dalam grup monitoring Dinas Kesehatan. “Laporan itu sering masuk, terutama dari rumah sakit yang jadi rujukan utama,” ujar dr. Yayuk.

Meski tingkat kematian tergolong rendah hanya 1 kasus yang benar-benar dikonfirmasi meninggal akibat gigitan ular masyarakat tetap diminta tidak menganggap remeh.

“Korban meninggal biasanya karena terlambat ditangani, atau memang kondisi tubuhnya sudah lemah. Yang meninggal tahun ini usianya lanjut dan memang kesehatannya sudah menurun,” tambah dr. Yayuk.

Dinkes Karawang terus melakukan sosialisasi mengenai penanganan pertama gigitan ular serta pengelolaan lingkungan untuk mengurangi risiko pertemuan antara manusia dan ular, terutama di desa-desa yang berbatasan dengan lahan pertanian atau hutan.

“Warga diminta menjaga kebersihan lingkungan, tidak membiarkan semak-semak tinggi, dan selalu waspada ketika beraktivitas di luar rumah, terutama malam hari,” tutupnya. (uty)

Related Articles

Back to top button