HEADLINE

Meluruskan Peristiwa Rengasdengklok, Sejarawan Kumpul di Seminar Sejarah Napak Tilas Bung Karno

KARAWANG, RAKA- Pemerintah Kabupaten Karawang bekerjasama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Karawang menggelar Seminar Sejarah Napak Tilas Kebulatan Tekad Rengasdengklok, Selasa (9/8) pagi. Hadir sejumlah narasumber diantaranya JJ Rizal, sejarawan, Airlangga Pribadi, sejarawan serta Yuda Febrian Silitonga, penulis buku.
Sekda Kabupaten Karawang H. Acep Jamhuri mengapresiasi PWI yang telah menggagas acara tersebut. Pasalnya, acara seminar sejarah terlebih soal detik detik proklamasi di Rengasdengklok yang bisa membuka cakrawala pengetahuan terutama bagi para milenial. “Apapun itu yang jelas Karawang melalui Rengasdengklok menjadi sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam memerdekakan RI pada rangkaian memproklamirkan kemerdekaan negara RI tanggal 16 Agustus 1945, kewajiban kita dalam pelurusan peristiwa Rengasdengklok harus dilakukan dari sekarang. Semoga acara hari ini mendapatkan kesimpulan yang jelas, agar perdebatan dapat diluruskan,” katanya.
Sementara Ketua PWI Karawang, Aep Saepuloh mengatakan, kegiata ini sebagai upaya tindak lanjut, dengan mengusung gagasan besar, yakni mengangkat situs-situs sejarah yang ada di Rengasdengklok. “Ini untuk didefinisikan dan dikembangkan, terutama narasi-narasi sejarahnya bahwa kita harus sepakat sejarah Rengasdengklok ini seperti apa sih dalam pusaran Kemerdekaan RI,” ujar Aep.
“Sebenarnya diksi penculikan ini bukan menjadi pokok penting, tujuannya adalah bagaimana meng-clear-kan sejarah Rengasdengklok itu sendiri sisi dari sejarah Rengasdengklok bisa tersajikan secara utuh, kemudian selanjutnya kita serahkan kepada pemerintah,” tutupnya.
Sementara itu, salah satu narasumber Airlangga Pribadi, menyampaikan peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 menjadi bentuk artikulasi dari tokoh pergerakan kaum muda yang mempunyai keinginan untuk Indonesia segera merdeka. Keinginan ini sama dengan pemikiran dari Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski begitu terdapat perbedaan yang terletak di teknis. Ia menjelaskan Soekarno dan Muhammad Hatta mempunyai keinginan agar kemerdekaan terdapat legalitas yang kuat. “Menjelaskan arti penting Peristiwa Rengasdengklok menjadi momen artikulasi dari kalangan tokoh pergerakan terutama kaum muda memiliki tujuan untuk segera memerdekakan Indonesia, sementara di sisi yang lain Bung Karno dan Bung Hatta mempunyai pandangan yang sama tetapi perbedaan tentang teknis. Kalau menurut bung Karno dan bung Hatta harus melibatkan PPKI yang sebelumnya sudah dibentuk supaya Kemerdekaan Indonesia ada legalitasnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan peristiwa penculikan yang terjadi pada masa itu sebagai bentuk untuk melindungi, mengamankan dan mengajak Soekarno serta Muhammad Hatta. Hal ini agar proses kemerdekaan berjalan secara lancar dan baik. Ia mengaku peristiwa tersebut juga sebagai tempat untuk melibatkan kekuatan pemuda. “Arti penting dari peristiwa ini sebetulnya cara pelibatan kekuatan pemuda sebagai kekuatan yang siginifikan dalam kemerdekaan. Dilihat dari historysitas sejarah memang sebagai bentuk penculikan, tetapi pada masa itu bukan sebagai makna yang negatif. Sebagai mengajak dan melindungi serta mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta sehingga proses kemerdekaan Indonesia berjalan dengan baik,” tambahnya.
Ia menyetujui adanya kata diksi penculikan dalam peristiwa pada saat itu. Ia mengutarakan, kata ini tidak mempunyai arti yang negatif. Ia pun menerangkan setelah peristiwa itu terjadi, kaum muda masih tetap menghargai serta menghormati Soekarno dan Muhammad Hatta. “Melihat konteks sejarah memang sebetulnya terjadi proses penculikan tetapi tidak ada pemaksaan, karena kita melihat sejarahnya mereka kemudian menghormati Bung Karno dan Bung Hatta lalu adanya penyambutan. Bukan pada penculikan dalam konteks pergerakan politik tapi tidak dalam konteks konotasi tidak seperti jaman Soeharto adanya penghilangan paksa,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button