HEADLINE

Rel Kereta Api Jadi Tempat Ngabuburit Warga

PURWAKARTA, RAKA – Menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan oleh masyarakat saat bulan suci Ramadan. Berbagai tempat pun jadi pilihan masyarakat untuk mengisi waktu ngabuburitnya. Salah satunya di Stasiun Kereta Api Plered. Meski terbilang berbahaya, namun masyarakat menjadikan rel kereta api di stasiun tersebut sebagai tempat untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Ramainya masyarakat yang menghabiskan waktu di rel kereta api itu tak lepas dari adanya pasar dadakan yang menjual berbagai takjil persis di seberang stasiun Plered. Selain itu, terlihat juga tidak adanya benteng pembatas antara pemukiman dengan setasiun, sehingga masyarakat dengan mudahnya lalu lalang di area stasiun.
Salah satu warga Deden (40) mengaku, dirinya sengaja datang bersama istri dan anaknya untuk ngabuburit. Setiap tahunnya saat bulan puasa, dia menjadikan lokasi tersebut untuk menunggu waktu berbuka puasa. “Saya kesini sama anak dan istri, mau ngajak ngabuburit saja. Kenapa pilih ke sini, karena memang setiap tahunnya selalu ramai apalagi kalau bulan puasa,” ucapnya, Selasa (12/3).
Deden menuturkan, alasan dirinya ngabuburit di lokasi ini karena menyenangkan dapat menunggu waktu berbuka dengan melihat kereta api melintas. “Kebetulan anak saya senang sama kereta api, jadi nggak ada salahnya bawa anak ke sini. Bukan cuman saya saja sih, tapi banyak banget warga bawa anaknya ngabuburit sambil ngeliat kereta api lewat,” ujarnya.
Dede mengungkapkan, ia tidak khawatir bila ada kereta api yang melintas. Pasalnya, ketika akan ada kereta ada petugas yang memberi tahu bahwa akan ada kereta api yang melintas. “Ah tidak takut, soalnya kalau misalkan ada kereta pasti dikasih tau sama petugasnya, disuruh minggir dulu, jadi sejauh ini aman-aman saja ngabuburit disini,” ungkapnya.
Saat dikonfirmasi, petugas kemanan stasiun Plered, Miftah (38) mengatakan, sebenarnya hal ini tidak boleh dilakukan, karena dapat membahayakan untuk masyarakat. “Ya, sebenernya ga boleh berkumpul di area ini, tapi ya mau gimana lagi, masyarakat sudah terbiasa ngabuburit disini,” ucapnya.
Miftah mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai imbauan untuk menertibkan masyarakat, namun karena animo masyarakat yang tinggi, hal ini sulit untuk dilakukan. “Kami sudah melakukan berbagai imbauan, tapi dengan masyarakat sebanyak ini lalu dibandingkan dengan kami hanya berdua, jujur kami tidak sanggup. Jadi untuk saat ini, yang bisa kami lakukan hanya memberitahu ketika ada kereta yang mau lewat,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, pada waktu ngabuburit yakni dari pukul 15.00 hingga 18.00 WIB, setidaknya ada 5 kereta yang melintas. “Ada 5 kereta yang melintas saat waktu ngabuburit, dan itu kereta jarak jauh tanpa berhenti di stasiun, sehingga melintas dengan kecepatan tinggi,” ucapnya.
Miftah berharap, agar kedepannya dapat ditemukan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini. “Pernah ditertibkan sama aparat dan pihak desa, tapi tetap saja seperti ini lagi. Saya sih pengennya ada solusi yang untuk ini, karena disisi lain ini kan sangat membahayakan masyarakat,” pungkasnya. (cr)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button