HEADLINE

Petahana Kuasai Jabar VII, Cellica dan Verrell Pendatang Baru

KARAWANG,RAKA- Meski belum ada penetapan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun sejumlah Calon Legislatif (Caleg) petahana di Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar VII, diprediksi kembali manggung di Senayan. Delapan dari sepuluh kursi yang tersedia dari wilayah Karawang, Purwakarta dan Bekasi ini, kembali meraih suara terbanyak di partainya masing-masing.
Nama-nama seperti Dedi Mulyadi (Gerindra), Putih Sari (Gerindra), Syaiful Huda (PKB), Rieke Diah Pitaloka (PDIP), Puteri Komarudin (Golkar), Saan Mustopa (NasDem), Obon Tabroni (Gerindra), dan Ahmad Syaikhu (PKS), tak mampu ditumbangkan oleh para pesaingnya, baik dari internal maupun eksternal. Sedangkan tiga caleg petahana yang gagal l, seperti Daeng Muhammad (PAN), Vera Febyanthy (Demokrat). Dua Caleg petahana ini harus tersisihkan oleh rekan satu partainya, posisi Daeng Muhammad, berhasil direbut calon mantu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, yaitu Verrell Bramasta. Kemudian Vera Febyanthy terjungkal dihajar mantan Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana.
Pengamat politik Roy Kamarullah menilai, pertarungan di arena Dapil Jabar VII memang masih dikuasai caleg petahana. Dari sepuluh yang kembali maju mayoritas kembali terpilih. Tentunya, kondisi ini terjadi karena para petahana ini setelah terpilih pada lima tahun yang lalu, mereka mampu bekerja, merawat, mempertahankan, dan tetap aktif turun ke masyarakat. “Ini terbukti dari mereka (Caleg petahana) terpilih lagi. Sebab yang namanya anggota dewan, terbukti beberapa dewan banyak yang tidak terpilih lagi, akibat ketika sudah terpilih tidak merawat konstituennya. Ini menandakan bahwa para petahana mampu merawat konstituennya,” katanya.
Perolehan suara Partai Gerindra mengalami kenaikan atau peningkatan, khusus untuk DPR RI. Walaupun perolehan kursi wakil rakyatnya masih tetap sama, yaitu dua. Perihal kegagalan caleg, Roy mengamati perolehan suara untuk di internal Partai Amanat Nasional (PAN). Sebenarnya dari hasil perolehan suara antara Daeng Muhammad dan Verrell Bramasta, ini menandakan bahwa keduanya petarung.
Menurut Roy, Daeng sebagai caleg petahana berhasil menguasai Kabupaten Bekasi. Artinya, ini menandakan bahwa sosok Ketua DPD PAN Kabupaten Bekasi lebih jago (hebat), namun untuk Purwakarta dan Karawang tidak berhasil menguasai. Alhasil pesaingnya di internal partai, Verrell, memanfaatkan kelemahan Daeng dengan berhasil menguasai Purwakarta dan Karawang. Sehingga memenangkan pertarungan di internal PAN. “Kemenangan Verrell itu ditentukan oleh Karawang dan Purwakarta. Dia (Verrell) dua kabupaten menang, satu kabupaten kalah. Sedangkan Daeng, satu kabupaten menang dan dua kabupaten kalah. Ini hanyalah geser-geser kursi saja, yang penting kursi partai nggak hilang,” tuturnya.
Kegagalan dalam sebuah pertarungan sebagai konsekuensi perjuangan seorang politisi. Sehingga itu menjadi sesuatu yang biasa di dalam berpartai, karena memang ketika seorang politisi memutuskan bertarung dalam perebutan kursi wakil rakyat, mereka sudah tahu hasil akhirnya itu ada dua, menang dan kalah. “Terkait dengan siapa yang menduduki kursi itu, lagi-lagi ini bagian dari konsekuensi perjuangan. Karena dari dua orang itu hanya ada satu konsekuensi, menang kalah, berhasil gagal,” ujarnya. (rbg/asy)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button