Ratusan Hektare Padi di 19 Kecamatan Diserang Hama Sundep

CIBUAYA,RAKA- Ratusan hektare sawah di Kabupaten Karawang, terutama di Kecamatan Cibuaya diserang hama sundep. Akibatnya, petani terpaksa gagal panen. Bahkan, ada petani yang tanam lebih dua kali namun tetap gagal.
Salah seorang petani Desa Kedungjaya, Kecamatan Cibuaya Mahmur (50) mengaku gagal panen akibat padi yang ditanamnya diserang hama sundep. Akibat serangan hama ini, dia mengalami kerugian yang cukup besar karena modal tanam tidak kembali. “Ada sekitar 150 hektare. Perhektare modal yang dikeluarkan sekitar 10 juta. Biasanya bisa dapat 7 ton, sekarang hanya 8 karung,” keluhnya, Senin (18/3).
Mahmur menduga, serangan hama ini disebabkan masa tanam tidak kompak antar petani. Selain itu, saluran air dari hulu pun tidak cukup sehingga banyak sawah kekurangan air. “Kalau dulu mah, kalau mau tanam ada komando dari pemerintah jadi petani tanamnya serentak. Kalau sekarang tidak bisa, petani semaunya aja tanam masing-masing. Selain itu, air juga gak cukup. Kalau dari atasnya mungkin banyak air, tapi ke sini ke bawahnya gak ada. Entah itu karena salurannya dangkal atau ada persoalan lain,” bebernya.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah membuat jadwal tanam yang tepat dan bisa diikuti oleh semua petani. Sementara, subsidi bagi petani yang gagal panen pun tidak jelas. “Saluran air pun harus dibenahi, supaya kami bisa mendapatkan pasokan air dengan baik,” pintanya.
Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dadan Danny menyampaikan, berdasarkan data hingga akhir Februari 2024 ada 19 kecamatan yang terdampak hama sundep. Total luas lahan persawahan yang terdampak seluas 310 hektare. Kecamatan Cibuaya menjadi wilayah dengan jumlah terluas yang terdampak. “Untuk di Karawang per laporan tanggal 28 Februari itu ada yang terserang bama sundep yaitu batang padi. Luasnya itu 310 hektare. Diantaranya di Kecamatan Telukjambe Barat kurang lebih 5 hektar, Telukjambe Timur 3 hektar, Ciampel 2 hektar, Kotabaru 3 hektar, Tirtamulya 25 hektar, Jatisari 11 hektar, Cilamaya Wetan 9 hektar, Cilamaya Kulon 2 hektar, Telagasari 10 hektar, Majalaya 20 hektar, Karawang Timur 20 hektar, Karawang Barat 2 hektar, Rawamerta 37 hektar, Kutawaluya 18 hektar, Rengasdengklok 37 hektar, Cibuaya 60 hektar, Tirtajaya 21 hektar, Batujaya 8 hektar, Pakisjaya 10 hektar,” ujarnya Senin (18/3).
Hama ini akan menyerang tanaman padi yang berusia di bawah 35 hari setelah masa tanam. Upaya yang telah dilakukan berupa penyemprotan untuk tanaman yang terdampak. Kemudian untuk mencegah terdampak dapat dlakukan dengan penanaman yang dilaksanakan secara serentak. “Otomatis berbahaya karena akan merusak tanaman. Biasanya tanaman di bawah umur 35 hari setelah tanam. Jadi pada umumnya disebut gagal tanam kalau sampai terserang. Kita melakukan penyemprotan di lahan yang terkena dengan menggunakan pestisida, kemudian mengumpulkan telor-telor. Kalau sudah terlalu parah maka sudah tidak dapat dilanjutkan harus diganti tanaman baru. Diusahakan tanamnya harus serentak untuk menghindari hama tersebut dan supaya menghindari migran telor hama,” tambahnya.
Hama tersebut akan menyerang batang padi. Tanaman yang telah terkena hama sundep akan mengalami perubahan warna menjadi warna putih. Selain menyemprot lahan yang terdampak, penyemprotan juga dilakukan untuk lahan yang berada di sekitar lokasi terdampak. Total sawah yang telah di berikan penyemprotan pestisida seluas 1.302 hektar. Selanjutnya untuk tanaman terancam 4.087 yang tersebar di 19 kecamatan yang terserang hama itu. “Kalau sundep akan mengenai batang, batang jadi putih, malai jadi rusak. Berbeda dengan penggerek batang atau wereng batang, ulatnya akan masuk ke batang dan bersarang di batang sampai ke bagian atas. Ciri-cirinya biasanya tanaman akan berwarna putih. Kami sudah melakukan pengendalian, kita juga melakukan penyemprotan di sekitarnya. Kurang lebih 1.302 hektar yang sudah kami semprot di kecamatan yang terpapar,” imbuhnya.
Dadan menjelaskan, cuaca juga mempengaruhi perkembangan hama tersebut. Meski begitu ketika terjadi cuaca panas yang ekstrim maka dapat membuat telur hama menjadi mati. “Mereka membeli sendiri dari hasil swadaya, kecuali kalau serangannya besar dan mereka sudah tidak mampu maka kita akan bantu berikan pestisida. Berpengaruh juga, kalau memang masih bisa tergerus curah hujan otomatis akan berguguran itu yang mempengaruhi menetasnya telur. Cuaca panas, kalau terlalu ekstrim panasnya otomatis telurnya akan mati,” tutupnya. (nad/asy)