Gabah Melimpah, Harga Merosot

PURWAKARTA, RAKA – Dinas Pertanian dan Pangan (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta menduga merosotnya harga jual gabah dari petani, disebabkan oleh banyaknya stok gabah yang dihasilkan pada panen raya musim tanam rendeng tahap pertama tahun ini.
Kepala Bidang Tanam Pangan Dispangtan Kabupaten Purwakarta Tatang Sopian mengatakan, mengenai merosotnya harga gabah dari petani, pihaknya menduga hal itu disebabkan oleh melimpahnya stok gabah yang ada. Pasalnya, saat ini Kabupaten Purwakarta tengah memasuki puncak masa panen musim tanam rendeng tahap pertama. “Sebenarnya mengenai merosotnya harga jual gabah dari petani, itu bukan berada dalam ranah kami, jadi kami tidak bisa terlalu masuk ke wilayah itu. Tapi kalau dugaan mengenai hal tersebut, kemungkinan disebabkan oleh banyaknya stok gabah yang ada di petani, serta harga jual dari bandar yang rendah. Dan mengenai harga dari bandar, itu diluar kewenangan kami,” ucapnya, Jumat (19/4).
Ia menyebut, dalam satu hektare sawah setidaknya petani bisa menghasilkan sekitar 6,2 ton gabah. “Kami telah melakukan sampel ubinan dari 60 titik yang ada di Kabupaten Purwakarta, rata-rata dalam satu hektare sawah bisa memproduksi 6,2 ton gabah padi, sehingga jika totalkan dalam satu kali panen raya, akan ada sekitar 52.080 ton gabah padi yang dihasilkan,” bebernya.
Tatang menuturkan, 52 ribu ton gabah tersebut dihasilkan dari 8.400 hekatre areal persawahan yang akan melakukan panen. “Secara keseluruhan Kabupaten Purwakarta memiliki areal persawahan seluas 17.970 hektare yang tersebar di 17 kecamatan, untuk panen raya ini sekitar 8400 hektare yang akan menggelar panen,” tuturnya.
Angka jumlah hasil panen ini, sambung Tatang, jauh melebih angka kebutuhan konsumsi beras masyarakat Purwakarta per bulannya. “Kebutuhan konsumsi masyarakat Purwakarta sekitar 11 ribu ton beras per bulannya, angka ini dapat dipenuhi dengan hasil panen dari 1800 hingga 2000 hektare sawah, dan mungkin ini juga yang menyebabkan stok gabah di petani banyak,” ujarnya.
Tatang juga menambahkan, untuk mencegah terjadinya kelangkaan pangan seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, saat ini pihaknya akan memaksimalkan waktu tanam padi menjadi tiga kali dalam setahun. “Idealnya umur padi itu antara 90 hingga 100 hari sehingga dalam setahun bisa dilakukan tiga kali masa tanam, namun saat memasuki musim kemarau, terkadang ada penundaan masa tanam sehingga tiga kali masa tanam dalam setahun masih sulit dilakukan, saat ini kita akan mencoba dengan cara pompanisasi agar saat musim kemarau nanti, padi tetap bisa di tanam,” pungkasnya. (yat)