HEADLINE

Edukasi Manajemen Keuangan UMKM Naik Kelas

KARAWANG, RAKA – Dinas Koperasi dan UKM Karawang bersama dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat memberikan edukasi terkait manajemen keuangan bisnis bagi 120 anggota UMKM Naik Kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengatur dan memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha. Edukasi berlangsung pada Selasa (23/7) di Galeri Pemerintah Daerah Karawang.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Karawang, Dindin Rachmadhy menyampaikan untuk management keuangan dari pelaku UMKM di Karawang masih belum dipisahkan. “Ini salah satu kegiatan UMKM Naik Kelas yang dilaksanakan kerjasama antara Dinas Koperasi UKM Karawang bersama dengan Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Barat. Untuk mengubah pemikiran dari UKM kita tentang managemen keuangan, tadinya managemen keuangan usaha dengan managemen keuangan pribadi masih dicampur. Kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas managemen, produksi dan juga aset mereka,” ujarnya.
Kemudian setelah diberikan pendampingan, maka akan dilakukan evaluasi setiap 3 bulan sekali. Hal ini untuk mengetahui adanya perubahan dari pelaku UMKM. Ketika menemukan permasalahan maka akan diberikan solusi dari pemerintah. “Ini ada 120 orang yang ikut. Kami belum melihat ada perubahan, tapi kita akan evaluasi secara 3 bulan sekali bersama dengan pendamping. Di akhir Juli kita akan evaluasi perubahan mereka. Kita akan meminta kepada mereka untuk mengutarakan permasalahannya dan juga melakukan diskusi untuk mencari solusi bersama. Kalau contoh permasalahan di aset, mungkin perlu ada bantuan permodalan maka kita akan cari permodalan yang tidak memberatkan,” tambahnya.
Anggi Pasca Arnu, pendamping UMKM Naik Kelas Karawang mengungkapkan, telah ada beberapa pelaku UMKM yang menerapkan sistem manajemen keuangan. Hal itu terbukti dari adanya pembuatan buku kas, laporan keuangan sederhana serta penentuan target penjualan. “Ini acara pendampingan managemen keuangan bisnis untuk UMKM. Dari narasumber sudah ada pretest dan postest, dari pengalaman kita memberikan pendampingan ke mereka sudah ada perubahan pemahaman. Artinya mereka sudah bisa menyusun buku kas, laporan keuangan sederhana dan menentukan target penjualan untuk meningkatkan omset. Perubahan tidak bisa terlihat dalam waktu dekat, tetapi ada beberapa UMKM yang mengimplementasikan pasti ada perubahan,” ungkapnya.
Domah Azila, pemilik produk lontong polos BJT menjelaskan sebelum mengikuti program UMKM Naik Kelas, ia belum mengetahui tentang cara mengatur keuangan. Maka hal ini berdampak pada management keuangan usaha. Ia mengaku belum menerapkan sistem pemisahan keuangan untuk usaha dan pribadi. Melalui program tersebut, Domah mendapatkan ilmu dan teknik baru dalam menerapkan kerjasama dengan konsumen. “Saya belum memisah managemen keuangan selama ini karena dibagi untuk beberapa pengeluaran. Saya belum mendapatkan ilmunya selama ini, tapi alhamdulillah di UMKM Naik Kelas memberikan materi yang selama ini belum tahu dan berusaha untuk dipraktekkan. Misalnya supaya pembayaran dari orang lain itu tepat waktu maka kita harus kasih diskon, tadinya belum kepikiran. Kalau pembayaran yang tidak tepat waktu diberikan denda,” jelasnya.
Selain itu manfaat lain yang diperoleh berupa adanya peningkatan penjualan serta mendapatkan relasi baru. Meski mengaku mengalami kesulitan dalam proses penghitungan keuangan, namun ia tetap akan menerapkan sistem tersebut. “Sebenarnya tidak begitu sulit, ternyata segala sesuatu itu harus ada kontrak kerja sama supaya ada tanggung jawabnya sedangkan selama ini hanya secara omongan saja. Saya supplier ke berbagai tempat seperti perusahaan, dan pedagang lainnya. Saya baru ikut tahun ini, Alhamdulilah ada banyak perubahan dari banyak kenal relasi, branding produk saya jadi ke angkat. Ada pusing dan tidak nya, karena menghitung uang yang tidak di tangan,” lanjutnya.
Sementara itu Emi Anggreani Masjur, pemilik produk baby lahap menyatakan telah lama menerapkan sistem pemisahan keuangan. Meski begitu, sistem penerapan yang ia lakukan masih belum maksimal. Ia memberikan contoh untuk spesifikasi overhead seperti biaya penggunaan blender dan alat lainnya masih belum diterapkan. “Saya sudah lama memisahkan managemen keuangan, bahkan ada tim khusus yang mengatur. Jadi setiap bulan melaporkan penjualan melalui WhatsApp dan aplikasi. Saya sudah mengikuti UMKM Juara di tahun 2022 tapi tidak aktif dan tidak lanjut, dan tahun ini saya ikut kegiatan UMKM Naik Kelas. Tentu ada perbedaan, kalau managemen keuangan saya masih hal dasar saja tapi belum mendetail. Seperti spesifikasi overhead, selama ini saya hanya kira-kira saja dan hanya fokus di biaya listriknya saja. Kegiatan ini sangat membantu karena penguatan usaha itu adanya di keuangan,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button