Perundungan di Sekolah Masih Marak
KARAWANG, RAKA – Dua orang siswa SMPN 1 Telukjambe Timur mengalami bullying, penyebab kejadian tersebut pun terbilang sepele.
Kepala Sekolah SMPN 1 Telukjambe Timur, Suryono menyatakan kronologis pertama akibat tidak diberikan pinjam pensil. Kemudian untuk korban yang ke dua terjadi akibat makanan yang diambil secara tiba-tiba. Korban dan pelaku bully merupakan siswa kelas 8G. “Kronologisnya anak pinjam pensil tapi tidak diberikan dan saling mengejek sampai pulang. Satu lagi pengakuannya sedang makan tetapi makanannya diambil dan tidak terima kemudian saling mengejek sampai pulang. Mereka semua kelas 8G,” ujarnya, Rabu (7/8)
Adanya laporan bully tersebut diterima saat Selasa (6/8), kemudian langsung diberikan surat pemanggilan orang tua. Tidak hanya melakukan pemanggilan orang tua saja, namun semua yang terlibat pun diwajibkan untuk menuliskan surat perjanjian. Ketika surat perjanjian tersebut masih dilanggar maka akan diberikan Surat Peringatan (SP) 1. Pemanggilan orangtua dilakukan agar dapat memberikan pengawasan kepada anak. “Ini baru terjadi di sekolah kami, laporan masuk kemarin dan hari ini semua orangtua kami panggil. Walaupun hal pemicunya kecil, supaya kita saling mengawasi tidak hanya di sekolah saja. Kita minta kepada mereka untuk membuat surat perjanjian, kalau mereka masih melanggar kita akan langsung berikan SP 1,” jelasnya.
Suryono menegaskan sejak terjadinya peristiwa tawuran yang dilakukan oleh siswa pada tahun 2019, pihak sekolah terus melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal tersebut terulang kembali. Langkah pertama dilakukan melalui penerapan sholat Dhuha di sekolah, kemudian memisahkan kamar mandi untuk pria dan wanita. Ia mengaku penggunaan kamar mandi pada tahun sebelumnya hanya dipisah berdasarkan kelas saja. “Kita sudah antisipasi agar anak tidak melakukan kenakalan remaja. Antisipasi kita sudah melakukan pembinaan dan memberikan surat kepada semua orangtua siswa. Di sini anak-anak wajib melakukan sholat Dhuha. Mulai tahun ini juga untuk kamar mandi putra dan putri sudah dipisah,” tegasnya
Ia menambahkan, diperlukan adanya peran aktif dari orang tua dan wali kelas. Kemudian ketika pergantian jam mata pelajaran pun guru dilarang untuk datang terlambat. “Saya sudah menegaskan kepada semua guru untuk tidak terlambat masuk kelas terutama saat pergantian jam mata pelajaran. Pengawasan seharusnya tidak hanya dilakukan oleh sekolah saja, tetapi peran orang tua juga diperlukan. Saya lebih suka orangtua yang komunikatif dengan sekolah dibandingkan orangtua yang hanya datang saat terjadi masalah saja,” tutupnya. (nad)
PEMBINAAN: Sekolah menghadirkan orang tua dan siswa yang terlibat dalam persoalan bullying di SMPN 1 Telukjambe Timur. Siswa dibina agar tidak melakukan hal serupa.