Jadi PSM Harus Ikhlas
CILAMAYA WETAN, RAKA – Diantara banyak profesi yang bersentuhan dengan pemerintah dan masyarakat, pekerja sosial masyarakat yang paling harus banyak bersabar. Pasalnya, jam kerja yang nyaris 24 jam, tidak membuat para PSM berpenghasilan tinggi. Mereka hanya berpenghasilan Rp200 ribu.
PSM Desa Cilamaya Mulyana mengatakan, uang Rp200 ribu itu diterimanya setiap bulan. “Bagi saya, dikasih kadeudeuh atau enggak juga gak masalah, kita kan pekerja sosial. Selama ini kita dapati Rp200 ribu perbulan, tapi itu bukan honor ya” kata Mulyana kepada radar Karawang.
Dalam satu desa sebutnya, ada tiga orang PSM yang bekerja sehari-hari. Untuk pekerjaannya dalah menjembatani kepentingan masyarakat saat sakit, kecelakaan, kematian hingga kelahiran. Selain kadeudeuh, dari desa juga ada alokasi baginya sebesar Rp1 juta, dibagi tiga orang selama setahun. Pihak PSM manapun tidak pernah menuntut honor atau tambahan lain, karena sadar diri bahwa mereka bekerja adalah sukarelawan yang bersosial untuk menjembatani masyarakat. “Ya meskipun waktu kerjanya tak terbatas. Harus siap kapanpun ketika dibutuhkan,” ujarnya.
Menurutnya paling penting adalah pemerintah desa, masyarakat yang dibantu bisa koperatif, misalnya dalam mengurusi kelengkapan kependudukan, data dan pengurusan surat-surat saat sakit, meninggal maupun melahirkan di rumah sakit. “Kapanpun kita dibutuhkan sangat siap, karena kita kerja sosial jadi gak mikir soal honor. Yang penting mah koperatif saja,” Katanya.
Lebih jauh dia menambahkan, PSM tidak akan optimal kinerja sosialnya tanpa dibarengi sikap-sikap koperatif. Karena, kadang-kadang pasien dan sasaran itu butuh media lain untuk menunjang hal yang bisa membantunya, seperti ambulans, kepolisian, hingga Disdukcatpil dan BPJS. Masyarakat, sebutnya, harus memiliki peluang dan hak yang sama dalam menikmati pelayanannya. PSM hanya bertugas membantu mendampingi, karena kebanyakan masyarakat belum memahami soal data, dokumen dan administrasi yang harus ditempuh, seperti saat ke Rumah Sakit maupun pelayanan lainnya. “Kita hanya mendampingi, karena banyak masyarakat yang belum hafal prosedur,” pungkasnya. (rud)