Libatkan Warga Atasi Macet Depan Pasar Dengklok
RENGASDENGKLOK, RAKA – Selain persoalan penyempitan badan jalan masalah drainase juga dinilai jadi penyebab kemacetan di Jalan Proklamasi di depan Pasar Tradisional Rengasdengklok.
“Semenjak jalan utama pasar Rengasdengklok dibenahi dan dipertebal menggunakan coran, ruas jalan pasar itu menjadi lebih baik. Cuma saja jalan itu tetap macet karena sebagian jalan justru dijadikan lapak-lapak pedagang kaki lima,” ungkap Narman, pedagang resmi Pasar Rengasdengklok, kemarin.
Lapak-lapak pedagang kaki lima itu, menurut Narman justru membuat badan jalan jadi menciut, selain kondisi drainasenya yang buruk yang kerap membuat airnya meluap sampai jalan. Hal itu juga membuat pengendara yang melintas memilih bagian jalan tidak tergenang air hingga sering mengakibatkan arus lalulintas tersendat karena bergantian melintasi bagian jalan tidak tergenang.
Apalagi jika pagi hari, di jembatan Pasar Rengasdengklok menuju ke Kecamatan Pedes sudah dipastikan macet. Kanan, kiri dan di tengah jalannya dipenuhi pedagang sayur. Bukan hanya pengendara, anak sekolah pun banyak yang terjebak macet. Sementara Enda, pemerhati masalah lalulintas, mengatakan diantara penyebab kemacetan karena bertambahkan jumlah penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor.
“Kemacetan kota juga dipicu selain lonjakan kaum urban ketidakseimbangan tingkat pertumbuhan jalan dengan tingkat pertumbuhan kendaraan tidak bisa diabaikan,” ucapnya. Menumpuknya kendaraan dari desa ke kota ataupun sebaliknya tidak didukung oleh jalan alternatif, apalagi diperparah dengan kualitas jalan yang tidak memadai. Kondisi seperti ini akan menyulitkan bagi pengendara sepeda motor, mobil pribadi dan mobil pengangkut barang berat.
Karena tidak ada jaringan jalan sebagai alternatif utama untuk bisa dilewati oleh kendaraan-kendaraan berat. Tidak hanya itu, problem lain ditambah dengan lambatnya pembangunan infrastruktur yang berpengaruh terhadap kemacetan kota. Pesatnya pembangunan industri dan jasa, memunculkan pertanyaan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), karena pembangunan yang sedang berkembang saat ini tidak terpusat.
Akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang wilayah akan memunculkan masalah baru yaitu keresahan masyarakat akan kemacetan kota. Karena pembangunan industri maupun perumahan mulai menjalar dibeberapa kecamatan yang secara potensi lebih dominan di bidang pertanian. “Kerjasama intensif harus mulai digerakan dalam lapisan pemerintah daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Karena kelancaran kota akan memperlancar perekonomian masyarakat dan menambah pendapatan asli daerah,” ucapnya. (ari)