RadarKarawang.id – Ingin merasakan adrenalin, jantung berdebar? Datang saja ke Gunung Parang. Di sana, para pendaki akan merasakan sensasi luar biasa, karena mereka harus melakukan climbing jika ingin mencapai puncak.
Namun tenang, para penikmat alam bisa melakukan pendakian dengan aman.
Di sisi lain, tak banyak yang tahu, Gunung Parang yang kerapkali dijadikan tempat wisata untuk pendakian, dulunya merupakan tempat suci yang sering dijadikan tempat beribadah memuja sang cahaya.
Praktisi Arkeolog Arkeolog Purwakarta, Indra Nugraha menelusuri jejak peradaban kuno di Gunung Parang yang terletak di Kecamatan Tegalwaru.
Gunung Parang yang terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari suatu intrusi,
yaitu magma yang menerobos menuju ke permukaan, namun membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api.
Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung ini.
“Sejauh ini penelitian masih terus dilakukan meskipun itu belum resmi, tetapi kami akan terus berupaya untuk menelusuri serta mengkajinya lebih dalam lagi.
Tentunya, bersama pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan geologi Gunung Parang ini,” terangnya.
Dia juga menerangkan, gunung batu ini sendiri memiliki ketinggian total 963 MDPL dari permukaan laut, dengan diapit dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata.
Baca juga: Jalur Zonasi Diganti Domisili
“Gunung Parang merupakan suatu bukti nyata yang tidak bisa dibantah, dimana tempat ini menyimpan banyak sejarah besar serta memiliki nilai-nilai yang sangat adiluhung.
Gunung Parang adalah tempat suci, tempat dimana para leluhur memuja Maha Cahaya (Sang Hyang Agung),” jelasnya.
Juru Kunci Gunung Parang Wahyudin mengatakan, gunung ini awalnya bernama Gunung Barang karena menurut cerita masyarakat pada zaman dulu, gunung tersebut merupakan tempat membuat senjata pusaka Prabu Siliwangi.
Alasan bernama Gunung Barang karena semua barang-barang pusaka zaman kerajaan Raja Pajajaran dibuat di Gunung Barang Pancer Tunggal. Pancer artinya tengah-tengah tanah Pasundan.
“Di Gunung Barang ada lima makam empu, yakni Mak Eyang Barang, Mak Haji Bengker Buana Sakti, Mak Eyang Cakra Buana, Ibu Dewi Sekarwangi dan Dewi Cahya Sakti,” katanya.
Semasa hidupnya, kata Bah Wahyudin, mereka pembuat benda pusaka dari besi di atas gunung pada masa Kerajaan Pajajaran. “Semua barang-barang, kelima empu itu yang bikin,” imbuhnya.
Selain dari lima itu, ada yang pokok memiliki sejarah, yakni Raden Surya Kencana yang tak lain adalah cucu dari Prabu Siliwangi.
Tonton juga: Mayor Teddy Lupa Daratan
“Makam Mak Eyang Barang, Dewi Sekarwangi dan Ibu Dewi Cahya Sakti, sama patilasan Raden Surya Kencana berada di atas yang sekarang pos 4.
Kemudian makam Mak Haji Bengker Buana Sakti yang sekarang menjadi pos 2 jalur pendakian,” jelas Bah Wahyudin. (psn)