![](https://sp-ao.shortpixel.ai/client/to_auto,q_glossy,ret_img/https://radarkarawang.id/wp-content/uploads/2025/02/HL-38.jpeg)
PURWAKARTA, RAKA – Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Purwakarta beberkan sejumlah penyebab atas terjadinya kematian ikan secara massal di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur pada Jum’at (7/2) lalu.
Selain disebabkan fenomena Up-welling atau umbalan dan cuaca ekstrem, kematian massal ikan itu juga disebabkan oleh pencemaran limbah pakan ikan di dasar bendungan dan meningkatnya jumlah KJA melebihi kapasitas ideal.
Kepala Bidang Budidaya Diskanak Purwakarta, Intan Riyani mengatakan bahwa kematian massal ikan tersebut sudah diprediksi sebelumnya melalui beberapa tanda yang muncul pada ikan, sehingga ikan tampak lemas pasca-hujan deras sejak setelah Tahun Baru Imlek.
Ia mengungkapkan, sebelumnya Diskanak Purwakarta sudah memberikan peringatan kepada para pemilik KJA sejak November 2024 lalu, namun beberapa peternak tetap bertaruh untuk tetap melanjutkan budidaya mereka.
Intan mengaku sangat menyayangkan sikap peternak yang mengabaikan peringatan pemerintah, mengingat peristiwa serupa sudah sering terjadi pada musim hujan.
“Selain faktor cuaca ekstrem, pencemaran limbah pakan ikan di dasar bendungan juga turut berperan dalam memperburuk kualitas air dan memperbesar risiko kematian massal ikan,” ujarnya, Senin (10/2).
Menurutnya, dengan jumlah KJA yang terus meningkat dan kini telah mencapai 44.000 unit, padahal kapasitas ideal hanya 11.306 unit, juga memperparah fenomena tersebut.
Diskanak Purwakarta bersama Satuan Tugas Citarum Harum berusaha untuk mengurangi jumlah KJA di Waduk Jatiluhur.
“Bahkan, penanganan insiden ini akan melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ujarnya.
Baca Juga : Konfercab Himpunan Mahasiswa Islam Adem Ayem
Intan mengungkapkan, fenomena kematian massal ikan ini hanya terjadi di zona yang berada di wilayah Citerbang, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Sementara wilayah lain di Waduk Jatiluhur tetap aman berkat langkah pencegahan yang dilakukan bersama Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT).
“Kematian massal ikan ini tercatat mencapai 80 hingga 100 ton. Itu dari Kamis hingga Jumat,” ungkapnya.
Diketahui sebelumnya, Salah satu pengelola KJA, Martina (46) mengaku bahwa peristiwa ini sudah terjadi sejak beberapa hari kebelakang.
Dia menyebut bahwa fenomena ini disebabkan oleh cuaca buruk yang mengakibatkan langit mendung tanpa henti. Tanpa sinar matahari, suhu air waduk menurun drastis, menyebabkan arus air yang kotor dari dasar waduk naik ke permukaan. Martina tak menyangka, cuaca buruk ini membuat ia kehilangan ikan sebanyak 13 ton, yang mengakibatkan kerugian hingga Rp400 juta. (yat)
Ikan mati
80 hingga 100 ton
Penyebab ikan mati
-Cuaca ekstrim
-Pencemaran limbah pakan ikan
-KJA melebihi batas