Satu Pasien Meninggal, Warga Diminta Waspada DBD
KARAWANG,RAKA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Karawang masih dalam kondisi stabil, tetapi masyarakat tetap diimbau untuk waspada.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karawang, sejak Januari 2025, jumlah penderita DBD mencapai 132 kasus pada laki-laki dan 136 kasus pada perempuan, dengan satu orang meninggal dunia.
Sementara sampai pertengahan Februari, jumlah kasus DBD masih landai, tercatat hanya ada 15 kasus pada laki-laki dan 18 kasus pada perempuan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Karawang, Yayuk Sri Rahayu, menyampaikan bahwa meskipun belum terjadi lonjakan, upaya pencegahan harus terus dilakukan.
“Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air yang jarang digunakan seperti bak mandi, ember, dan pot bunga, menutup rapat tempat penyimpanan air seperti drum dan toren, serta mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng atau ban bekas,” jelasnya, Senin (17/2).
Selain itu, upaya plus dapat dilakukan dengan menggunakan obat nyamuk, memakai kelambu saat tidur, mengoleskan lotion anti nyamuk, serta memelihara tanaman pengusir nyamuk juga perlu dilakukan.
“Diharapkan setiap rumah memiliki satu orang yang bertanggung jawab untuk memastikan gerakan PSN 3M Plus berjalan dengan baik,” ucap dr. Yayuk.
Terkait metode fogging, Yayuk menegaskan bahwa pengasapan bukanlah solusi utama dalam pemberantasan nyamuk aedes aegypti. Fogging hanya dilakukan setelah Penyelidikan Epidemiologi (PE) menemukan adanya kasus positif DBD di suatu wilayah dan ditemukannya jentik-jentik nyamuk di sekitar lokasi.
Baca Juga : 25 Hari Air Belum Surut
“Fogging harus dilakukan oleh tenaga terlatih dari Dinas Kesehatan, karena jika dilakukan secara sembarangan, nyamuk bisa menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan,” ungkapnya.
Gejala DBD yang perlu diwaspadai di antaranya demam tinggi yang tiba-tiba naik dan turun, rasa pegal dan nyeri sendi, mual, muntah, serta munculnya bintik-bintik merah di kulit sebagai tanda pendarahan.
Jika kondisi semakin parah, bisa terjadi pendarahan di gusi, mimisan, hingga muntah darah atau buang air besar berdarah. Langkah pertolongan pertama bagi penderita DBD adalah memastikan asupan cairan yang cukup agar tidak mengalami dehidrasi, yang dapat berujung pada syok hipovolemik.
“Jika mengalami gejala DBD, masyarakat agar segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat seperti rumah sakit, puskesmas, atau klinik dokter,” ujarnya.
dr. Yayuk menekankan bahwa masa kritis DBD biasanya terjadi pada hari kelima hingga ketujuh. Jika keseimbangan cairan tubuh dapat terjaga, pasien memiliki peluang besar untuk selamat.
Untuk itu, pihaknya berharap masyarakat semakin memahami pentingnya pencegahan DBD, mengenali gejalanya sejak dini, serta bertindak cepat dalam penanganan.
“Keterlambatan dalam menangani kasus DBD dapat berakibat fatal, sehingga kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah perkembangbiakan nyamuk sangat diperlukan,” pungkasnya. (cr1)