HEADLINE

Pasrah Lebih Ganas Dibanding Tumor

CILAMAYA WETAN, RAKA – Jika takdir berkata lain, usaha maksimal yang dilakukan belum tentu hasilnya sesuai harapan. Seperti yang dialami oleh penderita tumor asal Dusun Kebon 1 RT 03/01, Desa Tegalsari, Kecamatan Cilamaya Wetan, Bah Ita (75). Setelah berusaha diobati, dia akhirnya meninggal dunia, Kamis (7/2) malam.

Lansia gakin yang didera tumor bagian leher selama setahun terakhir itu, sebenarnya sudah ditangani langsung pihak puskesmas dan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung awal Februari lalu. Namun jadwal operasi yang lama membuat kondisinya terus menurun, hingga membuat keluarga pasrah dan memilih pulang dari Rumah Singgah Bandung ke Cilamaya. Sayangnya, belum genap sehari berada di rumah, kakek yang tinggal di rumah yang bukan lahan pribadi tersebut, meninggal dunia. “Saya akui semua penanganan sudah dilakukan dengan baik. Tapi keluarga memilih pasrah karena kondisi Abah Ita sudah semakin menurun. Jadi dari rumah singgah kita memutuskan pulang saja,” kata cucu Bah Ita, Adhe kepada Radar Karawang, kemarin.

Adhe menyebut, pilihan keluarga membawa pulang Ita karena kondisi kesehatannya terus menurun. “Jadi karena memang begini jalannya, kami memilih pasrah,” tuturnya.

Kepala Desa Tegalsari Awang Wibisono mengatakan, Ita sudah ditangani oleh desa dan PSM sejak awal. Mulai dari puskesmas, RS Fikri hingga RSHS. Namun, saat dibawa ke RSHS tidak bisa langsung dioperasi karena harus mengikuti jadwal. “Operasi dan periksa di RSHS itu prosedurnya memang lama mungkin. Sementara bah Ita butuh penanganan cepat. Sehingga keluarga enggan berlama-lama melihat kondisi yang sudah tidak fit saat di Bandung,” tuturnya.

Camat Cilamaya Wetan Hamdani mengatakan, Ita mengalami sakit tumor ganas di leher hingga pipi selama satu tahun. Tetapi, bukan berarti PSM dan puskesmas berdiam diri, karena sepenuhnya dibantu dan difasilitasi untuk berobat dan operasi. Apalagi yang bersangkutan juga mempunyai fasilitas jaminan sosial seperti BPNT maupun KIS BPJS. “Desa bersama PSM dan puskesmas antar Bah Ita ini RSHS Bandung. Bahkan diantar langsung oleh kendaraan yang disiapkan pemerintah desa berikut transportnya, ” ujarnya.

Hamdani sedikit menceritakan kronologis perawatan Ita. Menurutnya, Ita sudah dirujuk Puskemas Cilamaya ke RS Fikri Klari. Namun, saat itu pihak keluarga minta pasien dipulangkan karena pasrah menerima kondisi Ita. Sementara cucu Ita bernama Adhe yang juga guru SMK di Jatisari, menghubungi Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana melalui pesan Whatsapp untuk meminta solusi atas kondisi Bah Ita. Spontan, saat itu juga Muspika Kecamatan Cilamaya Wetan dan puskesmas berupaya kembali merujuk pasien ke RSHS Bandung hingga menginap di rumah singgah. Saat di RSHS, sambung Hamdani, saat petugas sedang membereskan administrasi di RSHS melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), Bah Ita kembali dibawa pulang oleh keluarganya tanpa sepengetahuan petugas. Alasannya, pasien sudah tidak kuat alias pasrah. Sampai akhirnya saat dirinya beserta jajaran yaitu sekcam, kepala puskesmas, kepala desa, petugas PSM berkunjung ke rumah pasien, Ita ternyata pada malam Jumat telah meninggal dunia. “Jadi intinya ikhtiar sudah dilakukan semua pihak sudah maksimal, tapi nasib berkata lain. Pak Ita saat akan saya jenguk ternyata sudah meninggal dunia,” pungkasnya. (rud)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button