Air Bendung Barugbug Masih Hitam
JATISARI, RAKA – Hitam pekat dan bau sangat menyengat. Itulah pemandangan yang terlihat dan dirasakan ketika berada di dekat Bendung Barugbug Jatisari. Bau dari air tersebut dikeluhkan sejumlah warga Desa Barugbug dan Situdam. Namun, masyarakat hanya bisa pasrah dengan kondisi air bendungan yang sudah hampir puluhan tahun tercemari oleh limbah industri dari kabupaten tetangga yakni Purwakarta dan Subang.
H Iwan Somantri, seorang pegiat lingkungan menyampaikan, sejak bulan Oktober 2018 lalu ia beserta warga dan tokoh pemuda sekitar selalu melakukan upaya mengenai pencemaran Bendung Barugbug yang sudah lama tidak terselesaikan. “Berbagai upaya sudah kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahan pencemaran Bendung Barugbug itu,” kata Iwan, kepada Radar Karawang, Senin (11/2).
Salah satu upaya yang dilakukan, kata Iwan, ialah dengan melakukan berbagai pertemuan dan kajian bersama dengan beberapa pihak lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. “Bagi saya mau itu baru satu tahun atau puluhan tahun yang jelas harus ditindak. Kita juga sudah melakukan pengujian dan hasilnya positif tercemar tetapi terjadi pembiaran oleh pemerintah,” katanya.
Dikatakan Iwan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh dia dan para tokoh pemuda di sana. Ada 9 perusahaan dari 3 kabupaten yang terindikasi melakukan pencemaran aliran sungai Cilamaya. “7 perusahaan dari Purwakarta, 1 perusahaan dari Subang dan 1 perusahaan dari Karawang,” paparnya.
Diteruskannya, Pemerintah Desa Barugbug Selasa (12/2) akan melakukan pertemuan untuk membahas dan menindak lanjuti pencemaran di aliran sungai Cilamaya bersama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan TNI AD di aula Desa Barugbug. “Besok kita melakukan pertemuan dengan kementerian. Untuk menyelesaikan permasalahan ini harus juga dilibatkan 2 pimpinan daerah dan juga pemerintah provinsi,” ujarnya.
Sementara, Komarudin, tokoh pemuda di Desa Barugbug mengatakan, air yang dulunya menjadi sumber bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas mandi, mencuci bahkan bisa digunakan untuk minum. Kini telah berubah menjadi sumber kesusahan masyarakat. Selain bau yang sangat mengganggu, air sumur warga yang berada di sekitar bendungan juga tercemari sehingga tak bisa dikonsumsi. “Air sumur di rumah juga kebawa bau. Makanya kalau mandi atau mau ngambil wudhu juga haduh baunya minta ampun. Kalau dimasak paling beli air galon,” ujarnya.
Untuk itu, ia berharap, pemerintah bisa menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga masyarakat sekitar tidak terkena dampak dari pencemaran Bendung Barugbug itu. “Saya ingin permasalahan ini diselesaikan sampai tidak ada lagi pencemaran di Bendung Barugbug,” ungkapnya. (nce)