Saluran Air Utama di Rawamerta Menciut 1,5 Meter
RAWAMERTA, RAKA – Bukan hanya hama, petani tiga desa di Kecamatan Rawamerta juga mengeluhkan persoalan drainase. Sejak 10 tahun terakhir, selokan yang digunakan sebagai akses keluar masuk air sawah tak pernah dinormalisasi hingga lebarnya pun menciut. “Tadinya lebar saluran air itu dua meter tapi sekarang jadi 50 cm,” ucap petugas PJT 2 Seksi Telagasari Asipa, Selasa (12/2). Dikatakannya, selama 10 tahun terkahir ia kerja di PJT, selokan BR 3 Kiri 4 yang mengairi pesawahan tiga desa, yakni Desa Pasirkaliki, Desa Pasirawi, dan Desa Sukamerta ini belum ada sentuhan apapun dari pihak terkait.
Bukan lagi pendangkalan, penyempitan selokan juga seringkali menjadi keluhan para petani. “Harus segera diperbaiki agar petani tak kerepotan saat lakukan tanam. Karena kondisi seperti ini, sangat merugikan petani,” ucapnya.
Menurutnya, akibat kondisi selokan BR 3 kiri 4 yang mengalami pendangkalan dan penyempitan, ketika air dari irigasi penuh, otomatis area pesawahan akan terendam banjir. Sebaliknya, jika musim kurang air, sawah mengalami kekeringan. Itu terjadi akibat selokan yang tidak bisa menampung serapan air. “Tidak ada jalan lain selain di normalisai, atau di keruk,” tegasnya.
Sementara, karena posisi BR 3 kiri 4 berada di area Desa Sukamerta, Kades Sukamerta, Agus Hasan Bisri berinisiatif memasang 11 paralon ukuran 8 inc. Paralaon-paralon tersebut di persiapkan untuk mengairi pesawahan sawah lega. Meskipun sifatnya sementara, namhn hal itu sangat penting di lakukan untuk mengairi pesawahan. Karena, jika tanpa paralon, aliran air akan meluap ke pesawahan akibat TPT yang hancur. “Kita menggunakan paralon sebelum adanya perbaikan TPT yang rusak dan hancur,” katanya.
Sementara, lajut kades, jika TPT masih dalam keadaan seperti sekarang ini yang masih hancur tak bertepi, namun air dipaksa mengalir akan berdampak banjir terhadap pesawahan. “Serba salah, kalau air di buka, sawah ini banjir. Kalau gak di buka kekeringan. Makanya kita gunakan paralon,” ucapnya.
Lanjut kades, seharusnya pembenahan TPT ini tugas Dinas PUPR, namun karena urgensi, terpaksa pihak desa menghandel aliran air gunakan paralon, karena banyak keluhan dari petani. Pihak desa juga mendesak agar Dinas PUPR segera memperbaiki TPT. Kata Kades, perbaikan TPT ini membutuhkan dana sekitar Rp 100 jutaan. “Sekitar 50 hektar sawah yang ksna dampak sering gagal panen akibat TPT ini rusak,” pungkasnya. (rok)