Uncategorized

Ngelem Masuk Kampung

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Narkoba mahal, ngelem jadi solusinya. Selain murah, fenomena menghirup lem aibon oleh bocah di perkotaan ini sudah sering ditemui.

Suhendra Priatna, pemerhati sosial dari Universitas Indonesia (UI) mengaku khawatir dengan perilaku bocah saat ini, karena sudah menyentuh lem sebagai media mabuk. Fenomena ini sudah sangat sering ditemui di kota bahkan perkampungan. Menurutnya pemerintah harus turun tangan mengatasi hal itu. “Anak-anak mulai berani bersensasi dengan media lem untuk mabuk,” katanya saat simposium kenakalan remaja di Aula Karang Taruna Desa Karangmulya, Kecamatan Telukjambe barat, Jumat (8/3).

Bocah ini sambungnya, memang tidak diproses hukum, karena sekali ditangkap pasti dipulangkan. Namun siapa yang berani jamin, anak nakal ini tidak lagi ngelem bila sudah kecanduan. Sebab, menghirup uap solvent yang terkandung pada lem, sama bahayanya dengan narkoba. Efek yang ditimbulkan sama seperti pengaruh narkoba yaitu halusinasi, seperti fly atau sensasi terasa melayang, kesenangan sesaat ini ternyata mampu menimbulkan keberanian dan membuat ketagihan. “Dalam beberapa kasus kejahatan jalanan, pelakunya ternyata lebih dulu ‘ngelem’ sebelum beraksi. Saya khawatir ini semakin banyak terjadi,” ungkapnya.

Tak banyak orang tua dan anak-anak tahu, bahwa menghirup uap solvent yang terkandung pada lem, tinner atau cat minyak, pernis, atau bensin secara terus menerus, berdampak mengerikan. Dalam sejumlah penelitian disebutkan, efak uap solvent yang didapat dari kebiasaan ‘ngelem’ bisa merusak syaraf otak, menimbulkan kebutaan bahkan bisa mati mendadak. Di Jakarta, fenomena ini banyak dilakukan anak jalanan. Penyebabnya lebih kepada persoalan sosial, ekonomi dan berpendidikan rendah. “Saya berharap di Kabupaten Karawang jangan sampai hal itu terjadi, butuh kerjasama semua pihak mencegahnya,” pesannya.

Di era milenial saat ini, sambungnya, tugas dan tanggung jawab orang tua menjadi lebih berat, karena pengaruh lingkungan sangat besar terhadap tumbuh kembang anak. Mau tidak mau, orang tua harus meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan anak, menjalin komunikasi yang baik, dan memberi pemahaman tentang bahaya yang sedang dihadapi. “Bukan hanya keluarga, semua elemen juga bertanggung jawab memberi pendidikan pada generasi muda,” pungkasnya. (yfn)

Related Articles

Back to top button