
KARAWANG, RAKA – Video Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, menegur seorang perawat di Puskesmas Klari karena diduga menolak pasien, menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Unggahan video dalam akun Instagram pribadinya, @aep_syaepulohse, menuai pujian dari netizen yang mengapresiasi sikap tegas sang bupati dalam membela hak masyarakat mendapatkan layanan kesehatan.
Dalam video tersebut, Bupati Aep terlihat menegur langsung perawat yang bertugas dan menegaskan bahwa pelayanan kepada masyarakat tidak bisa dibatasi oleh waktu atau alasan personal.
Baca Juga : Kelenteng Sian Djin Ku Poh
“Makanya saya simpan di Klari 24 jam itu, suka tidak suka kita harus melayani. Saya saja panas-panasan, tugas bapak itu cuma melayani masyarakat,” ujarnya tegas.
Sebelum meninggalkan lokasi, Bupati juga menyempatkan diri meminta maaf secara langsung kepada keluarga pasien yang sempat ditolak.
Ia juga berharap kondisi anak pasien segera membaik dan memastikan kejadian serupa tidak akan terulang.
Bupati Aep menjelaskan bahwa insiden itu terjadi saat dirinya tengah melakukan monitoring jalan nasional di Karawang.
Ia melihat ada seorang ibu yang terlihat marah di area parkir Puskesmas Klari dan memutuskan untuk menghampiri.
Tonton Juga : NIKE ARDILLA, PRANGKO WAJAH NYA PERNAH DITERBITKAN DI RUSIA
“Alhamdulillah semuanya bisa diselesaikan tanpa emosi. Saya mengajak semua PNS dan masyarakat Karawang untuk bermuhasabah, bukan mencari siapa yang paling benar, tapi bagaimana kita bisa lebih baik dalam melayani,” ujar Aep, Rabu (11/6).
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Karawang terus berkomitmen memperbaiki sistem pelayanan publik, terutama di sektor kesehatan.
“Kami akan terus berbenah dan memastikan pelayanan publik berpihak kepada masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu,” tambahnya.
Vio, ibu dari pasien yang menjadi korban penolakan layanan, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bupati Aep.
Ia mengaku tidak mengetahui bahwa puskesmas tutup pukul 14.30 WIB dan merasa diperlakukan tidak pantas oleh perawat yang bertugas.
“Terima kasih Bapak Bupati sudah membela saya kemarin. Saya bukan tidak mau antre, tapi kalau bahasanya baik pasti saya juga bisa terima. Tapi saya malah disuruh buat klinik sendiri,” ungkap Vio.
Ia juga mengungkapkan bahwa ini bukan kali pertama ia merasa dikecewakan oleh layanan di Puskesmas tersebut.
“Dua minggu lalu anak saya demam tinggi, saya minta obat penurun panas malah disuruh beli sendiri. Katanya Puskesmas nggak punya. Kalau begini, buat apa ada Puskesmas besar kalau obat dasar saja tidak tersedia?” keluhnya. (uty)