Karawang
Trending

Modus Penyelundupan Narkoba ke Lapas Semakin Beragam

KARAWANG,RAKA – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Karawang terus memperketat sistem keamanan dan pengawasan internal. Modus penyelundupan narkoba ke Lapas semakin beragam. Mulai dari tulang ayam buatan, pertukaran sandal, hingga penyelundupan lewat makanan berbumbu seperti gulai.

Kepala Lapas Kelas IIA Karawang, Christo Toar, mengungkapkan bahwa para pelaku penyelundupan kini menggunakan cara-cara yang nyaris tak terdeteksi secara kasat mata.

Baca Juga : SMA/SMK Swasta Terancam Kekurangan Murid

“Ada yang masukan narkoba dalam gulai, bahkan membuat tulang ayam buatan. Bentuknya persis tulang asli, tapi setelah kami curigai karena bentuknya agak aneh, ternyata isinya narkoba. Mereka hancurkan tulangnya, sisakan ujungnya saja untuk menyamarkan,” ujarnya, Selasa (1/7).

Christo menyebut, modus lain yang sempat ditemukan adalah pertukaran sandal di ruang kunjungan, serta penyelundupan menggunakan hewan seperti kucing, merpati, dan bahkan drone.

“Saking makin susahnya diselundupkan secara langsung, mereka mulai pakai metode tidak biasa. Sandal sempat jadi modus pertengahan bulan lalu, sekarang semua sandal di Lapas sudah kami ganti,” jelasnya.

Selain itu, makanan dan minuman kemasan juga menjadi target penyamaran narkoba. Susu, kopi, bahkan sirup, pernah digunakan untuk menyelundupkan narkoba cair yang sulit terdeteksi.

“Kami pernah temukan narkoba dalam sop yang dikirim saat bulan puasa. Dicampur di kuahnya, setelah diminum langsung teler,” ungkapnya.

Tonton Juga : GAMELAN JAWA, NOSTALGIA MASA LAMPAU

Dalam upaya pencegahan, Lapas Karawang menerapkan sejumlah strategi ketat, mulai dari edukasi rutin kepada warga binaan, penguatan unit intelijen internal, hingga kerja sama aktif dengan BNN dan Satnarkoba Polres. Pemeriksaan makanan pun semakin ketat, termasuk larangan makanan bertulang dan minuman kemasan.

“Kami punya SOP penggeledahan yang sekarang dimodifikasi. Makanan bertulang seperti tulang sapi dan ayam tak boleh lagi masuk karena bisa dimanfaatkan sebagai alat tajam atau tempat menyembunyikan narkoba,” ujar Christo.

Soal keterlibatan oknum, Christo tak menutup kemungkinan. Ia menyebut ada 3 hingga 4 petugas yang telah terindikasi membantu warga binaan dan telah dipindahkan untuk pembinaan, meski belum ditemukan bukti fisik. Saat ini, Lapas Karawang dihuni 1.151 warga binaan, dengan 562 orang merupakan kasus narkoba. Pihak lapas pun tengah menyiapkan program rehabilitasi sosial dan narkoba sebagai bagian dari upaya pemulihan dan pencegahan berkelanjutan.

“Target kami tahun ini merehab 250 orang, utamanya pengguna. Kami kerja sama dengan BNN, dan juga Kemenag untuk pembinaan lewat pesantren Nurul Imam di dalam lapas. Targetnya 99 santri binaan,” tambahnya.

Christo menegaskan, meski tidak bisa menjamin sepenuhnya penyelundupan bisa dihentikan, pihaknya terus berupaya menutup semua celah dan memperkuat integritas pegawai.

“Kami tahu, selama ada kesempatan, pasti akan ada upaya penyelundupan. Tapi tugas kami adalah memastikan sistem keamanan kami terus diperbaiki dan diperketat,” pungkasnya. (uty)

Related Articles

Back to top button