Uncategorized
Trending

Cerita Lansia Renta Hidup Sebatang Kara di Kontrakan Sempit

KARAWANG,RAKA – Di usianya yang ke-76 tahun, seharusnya Kai Slamet menikmati hari tua dengan damai bersama keluarga. Namun tak demikian Kai, cerita lansia renta hidup sebatang kara di sebuah kontrakan sempit di Desa Cikampek Utara, Kecamatan Kotabaru. Kondisi stroke dan sulit bicara.

Tidak hanya itu, ia pun tak bisa berjalan, bahkan sering tertidur di pinggir jalan, begitulah kondisi terakhirnya saat dilaporkan warga ke Dinas Sosial Karawang. “Aku masih mau jualan,” gumamnya lirih, sambil menggenggam boneka tua dalam kantong plastik saat petugas datang mengevakuasi.

Baca Juga : Komunitas Gunung Tujuh Kritisi Kejari Soal Penanganan Korupsi Petrogas

Tubuhnya gemetar, rambutnya kusut, bajunya lusuh, dan napasnya berat tetapi semangatnya, entah bagaimana, masih menguatkan untuk berdagang. Boneka yang dahulu ia jual puluhan tahun lamanya, kini jadi satu-satunya saksi bisu perjalanan hidupnya yang panjang, sepi, dan sunyi.

Asep Riyadi, Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinsos Karawang, yang turut mengevakuasi sang kakek, tak mampu menyembunyikan rasa pilunya.

“Sedih sekali liatnya. Usia segitu, hidup sendiri, tak ada istri, tak ada anak. Bahkan keluarganya di Jawa pun sudah tak terlacak. Waktu kami datang, beliau duduk merangkak, tidak bisa berdiri. Tidur pun sering di pinggir jalan,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca, Rabu (2/7).

Setelah laporan dari warga masuk awal Juni lalu, Dinsos segera bergerak. Petugas mendatangi lokasi, memandikan beliau, mencukur rambut yang tak terurus, mengganti pakaian, dan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. Untuk sementara, sang kakek tinggal di Rumah Singgah, tempat darurat yang menjadi pelindung sementara sebelum mendapatkan tempat di Griya Ramah Lansia milik Dinsos Provinsi Jawa Barat.

Tonton Juga : RIZKY RIDHO, PEMAIN TERMAHAL DI INDONESIA

“Alhamdulillah, akhirnya Kamis 26 Juni 2025, ada kuota kosong di panti Telukjambe, dan beliau bisa masuk. Di sana beliau bisa mendapat pelayanan yang layak ada perawat, tenaga ahli, kegiatan harian. Kami hanya ingin beliau bisa melewati sisa hidupnya dengan lebih manusiawi,” ujar Asep.

Namun di balik penyelamatan ini, terselip keprihatinan yang lebih dalam tentang masyarakat yang mulai melupakan tanggung jawab pada orang tua. Asep menyampaikan, banyak lansia yang sebenarnya masih punya anak, keluarga, bahkan kondisi ekonomi yang baik namun tetap dibuang begitu saja ke panti sosial.

“Banyak anak yang berdalih sibuk atau tak sanggup mengurus orang tuanya. Padahal, orang tua dulu mengurus kita tanpa pernah mengeluh. Ini bukan soal hukum saja, ini soal nurani,” tegas Asep.
Ia menegaskan, panti bukan tempat penitipan orang tua yang masih punya keluarga. “Kami tidak ingin jadi bagian dari perbuatan tidak benar. Itu penelantaran. Tidak boleh,” ujarnya lantang. (uty)

Related Articles

Back to top button