
PURWAKARTA, RAKA – Mitembeyan dan muru indung cai warnai rangkaian gelaran hari jadi Kabupaten Purwakarta ke-57. Mitembeyan, yang dalam bahasa Sunda berarti memulai atau ngamimitian, merupakan tradisi leluhur sebagai bentuk penghormatan dan doa sebelum memulai kegiatan besar.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein mengatakan mitembeyan dimaknai sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan tokoh pendiri Purwakarta.
Baca Juga : Pendaftaran SPMB Rentan Ketimpangan
“Mitembeyan dimulai dengan ziarah ke makam para leluhur, dilakukan serentak di kecamatan dan desa-desa. Ini bentuk penghargaan dan pengingat jasa-jasa mereka yang telah berjuang mendirikan dan membesarkan Purwakarta,” ujar Bupati usai Mitembeyan di Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Rabu (2/7).
Setelah Mitembeyan, gelaran tradisi budaya muru indung cai atau napak tilas air kehidupan juga dilakukan. Kegiatan berlangsung dengan simbolis membawa air dari Taman Air Mancur Sri Baduga menuju mata air Cibulakan di wilayah Kecamatan Wanayasa. Hal tersebut dilakukan sebagai symbol penghormatan terhadap air yang merupakan sumber kehidupan.
“Kami ingin mengingatkan masyarakat Purwakarta bahwa air adalah sumber kehidupan. Tanpa air kita tidak bisa hidup, tapi air tetap akan mengalir meski tanpa kita. Jadi tugas kita menjaga dan merawatnya,” ucap Binzein.
Tonton Juga : MARIE THOMAS, DOKTER PEREMPUAN PERTAMA DI INDONESIA
Serangkaian gelaran tradisi budaya tersebut dilakukan untuk menanamkan Kembali kepada nilai-nilai karakter yang luhur, yakni karakter hidup yang damai, gotong royong, bersih, bertanggung jawab, saling menyayangi sesama dan lingkungan, seperti nilai-nilai silih asah, silih asih, silih asuh.
“Kami ingin mengembalikan karakter masyarakat Purwakarta. Di kota, kami ajak jaga saluran air dan lingkungan. Di desa, kami dorong menanam pohon dan menebang secara bijak. Kalau tidak dimulai sekarang, bisa terlambat” ungkapnya.
Bupati juga menekankan bahwa perubahan iklim, curah hujan yang semakin tinggi, serta pemukiman yang semakin padat harus diimbangi dengan penataan diri, sumber daya, dan infrastruktur secara bijak agar pembangunan dan kelestarian lingkungan berjalan seimbang. (yat)