
KARAWANG,RAKA- Siswa SDN Karangligar 1 terpaksa belajar di ruang kelas seadanya. Sebagian ruangan SDN Karangligar 1 porak-poranda. Gedung kotor, plafon banyak yang rusak, pembatas kelas jebol dan fasilitas lainnya rusak. Sekolah ini, 8 kali kebanjiran selam bulan Juli.
Halaman SDN Karangligar 1 nampak belum kering, bekas genangan air luapan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet masih terlihat jejaknya. Guratan garis ketinggian air pun masih terlihat di tembok kelas. Sekolah dengan ratusan siswa ini baru pulih dari banjir yang datang bertubi-tubi menggenangi wilayah Desa Karangligar.
Baca Juga : Haul Kasepuhan Bogor dan Purwakarta Tidak Lagi di Empang
“Selama bulan Juli ini, kami sudah 8 kali kebanjiran,” kata Kepala SDN Karangligar 1, Anam, saat menerima bantuan buku tulis dari PWI Karawang dan PT Pindo Deli Pulp And Paper Mills, Kamis (17/7).
Meski saat ini banjir sudah surut, namun Anam enggan terburu-buru untuk merapihkan dan memperbaiki sejumlah fasilitas sekolah yang rusak. Ia khawatir, jika banjir akan datang kembali, pasalnya hujan masih sering turun.
“Bisa dilihat, kami bukan tidak ingin menghias dinding, tapi ini selalu luntur karena terus terkena banjir,” ucapnya.
Anam berharap, persoalan banjir di Desa Karangligar bisa segera teratasi sehingga tidak terus menerus rutin menggenangi warga Desa Karangligar.
Tonton Juga : KARRASI 19 – PRODUKSI TAS HINGGA DOMPET TAHAN API
“Kami berharap fasilitas sekolah kami bisa segera diperbaiki dan kedepan tidak ada banjir lagi,” ucapnya.
Salah satu guru SDN Karangligar 1, Eneng Sri Mulyati menambahkan, setiap kali banjir datang, ia dan rekan-rekannya terpaksa naik turun tangga demi menyelamatkan aset dan administrasi sekolah. Ia meminta pemerintah Kabupaten Karawang khususnya Bupati Aep dapat membangun atau meningkatkan bangunan sekolahnya agar aman dari banjir.
“Kepada pemerintah khususnya Bupati Karawang, sekolah kami sering kebanjiran. Mohon bantuannya, kami minta ditingkatkan atau dibangunkan bangunan yang aman untuk menyimpan buku dan aset sekolah. Kami capek harus naik turun tangga mengamankan dan membereskan administrasi sekolah,” ujar Eneng.
Ia juga berharap ada perhatian khusus dari Pemkab Karawang terhadap SDN Karangligar 1 yang selama ini menjadi langganan banjir.
Tidak hanya merusak gedung sekolah, banjir Desa Karangligar juga merusak area pertanian. Selama tujuh bulan terakhir, lahan pertanian milik Unacih (52) dan Tarwih (70) tergenang dua kali, menyebabkan gagal panen dan kerugian besar yang belum tergantikan.
“Bulan Maret itu padi gagal total, gak bisa dipanen. Tanam lagi bulan April, pas panen bulan Juli malah banjir lagi. Alhamdulillah masih ada yang bisa diambil, tapi gak semuanya,” ujar Unacih, petani yang menggarap lahan seluas 1,6 hektar, baru-baru ini.
Menurutnya, jika kondisi cuaca normal tanpa banjir, lahan tersebut bisa menghasilkan hingga 16 ton gabah. Namun tahun 2025 ini, jangankan untuk meraih untung, modal tanam pun belum bisa kembali. “Pupuk aja bisa habis satu ton. Sekarang baru 8 kuintal aja belum tentu balik modal,” keluhnya.
Ironisnya, hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah yang diterima oleh para petani terdampak. Padahal, banjir tahunan di Karangligar sudah menjadi persoalan kronis yang mengancam keberlanjutan pertanian lokal. “Kami belum dapat bantuan apa-apa,” ucapnya.
Hal serupa juga dialami Tarwih (70), yang mengelola sawah seluas dua hektar. Banjir bertubi-tubi membuat banyak petani kehilangan hasil dan kesulitan mencari tenaga kerja untuk panen karena sebagian lahan masih terendam.
“Biasanya setahun paling banjir sekali. Tapi sekarang dua kali. Ada juga petani lain yang lebih parah, bisa beberapa kali kebanjiran,” tambah Tarwih. (asy/uty)