HEADLINE
Trending

Harga Bumbu Dapur Merangkak Naik

Omzet Pedagang Merosot

KARAWANG, RAKA – Gejolak harga kebutuhan pokok kembali menjadi perhatian utama di Pasar Tradisional, Karawang, salah satunya di Pasar Telagasari.

Lonjakan harga komoditas penting seperti cabai, bawang, dan jengkol kini menghantam daya beli masyarakat dan mengganggu kelangsungan aktivitas perdagangan lokal.

Baca Juga : Kasus Ustad Cabul di Majalaya Dibawa ke Komisi III DPR RI

Pasar yang selama ini menjadi sentra perbelanjaan harian masyarakat Telagasari itu, kini menyaksikan perubahan drastis.

Harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik menimbulkan keresahan mendalam, baik di kalangan pembeli maupun pedagang.

Kenaikan paling terasa terjadi pada cabai, salah satu bahan pokok utama dalam masakan sehari-hari. Harga cabai rawit merah dan cabai merah besar mengalami lonjakan signifikan, diduga akibat cuaca ekstrem seperti banjir yang melanda wilayah pemasok utama di luar Karawang.

“Biasanya ada penurunan harga lagi, tergantung cuaca di daerah penghasil. Tapi sekarang pasokannya turun drastis karena banjir,” ungkap Ade (38), pedagang sayur yang telah berjualan di Pasar Telagasari selama dua dekade, Rabu (23/7).

Ade menyebut, naiknya harga membuat pembeli mengurangi jumlah belanja. “Dulu orang beli setengah kilo, sekarang jadi seperempat, bahkan ada yang minta cuma dua ribu rupiah saja,” keluhnya.
Tak hanya cabai, bawang merah juga turut mengalami lonjakan harga.

“Bawang merah yang tadinya Rp40 ribu per kilogram, sekarang sudah tembus Rp50 ribu,” jelasnya.
Namun yang paling mencolok adalah jengkol, yang harganya melonjak hingga hampir dua kali lipat.

“Biasanya jengkol cuma Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per kilo, sekarang jadi Rp70 ribu. Sulit dijual, pembeli pun mikir dua kali,” tutur Ade.

Tonton Juga : BUBUY BULAN, MERDU TAK BOSAN DIDENGAR

Meski begitu, tidak semua komoditas mengalami kenaikan yang tajam. Beberapa bahan pokok lain masih tergolong stabil, meski tetap mengalami sedikit penyesuaian harga.

Dampak dari kenaikan ini dirasakan langsung oleh konsumen seperti Yati (55), warga Telagasari.
“Biasanya dengan Rp100 ribu bisa dapat banyak jenis belanjaan, sekarang paling cuma dapat satu atau dua macam saja. Berat sekali,” keluhnya.

Sementara para pedagang juga mengaku omzet penjualan mereka menurun drastis. Ade berharap ada intervensi dari pemerintah atau stabilisasi harga segera.

“Kami pedagang ingin ada penurunan harga. Sekarang omzet merosot jauh, susah jualan begini,” tegasnya.

Ketua Tim Pengendalian Perdagangan Dalam Negeri, Eropa Merah, membenarkan bahwa cabai merupakan komoditas paling rentan terhadap fluktuasi harga karena daya simpan yang sangat pendek, hanya dua hari. Hal ini membuat pasokan harus terus segar dan cepat beredar.

“Kalau cabai kena cuaca buruk, banyak yang busuk. Begitu pasokan terganggu sedikit saja, harga langsung naik tajam. Berbeda dengan beras yang masih bisa disimpan lama,” terangnya.
Ia juga menyoroti persoalan lain, yakni daya saing pasar.

“Pasar Karawang makin sulit bersaing dengan Pasar Kopo yang kini lebih diminati, terutama dari sisi kelengkapan dan harga,” tambahnya.

Dengan situasi seperti ini, para pedagang berharap ada langkah nyata dari pemerintah daerah maupun pusat untuk menstabilkan harga dan memperbaiki rantai pasok.

“Saya berharap pemerintah bisa memberikan solusi konkret,” pungkas Ade, pedagang pasar. (uty)

Related Articles

Back to top button