Uncategorized
Trending

Nestlé Indonesia Konsisten Dukung Pemerintah Tekan Stunting

Radarkarawang.id- Lewat intervensi gizi anak usia dini, Nestlé Indonesia konsisten dukung pemerintah tekan stunting. Tahun ini, program Pendampingan Gizi difokuskan pada intervensi dan edukasi gizi anak usia dini.

Program ini dilaksanakan secara bertahap di tiga wilayah, dimulai dari Pasuruan (Jawa Timur), kemudian dilanjutkan ke Batang (Jawa Tengah) dan Karawang (Jawa Barat).

Program ini dijalankan melalui pendekatan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah daerah, tenaga kesehatan, akademisi, serta kader dan komunitas lokal, guna memastikan intervensi gizi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Baca Juga: Tukang Ojek dan Pak Ogah Terancam Kehilangan Penghasilan

Corporate Affairs & Sustainability Director PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu mengatakan, sebagai perusahaan Good Food, Good Life, Nestlé Indonesia berkomitmen memanfaatkan potensi makanan untuk meningkatkan kualitas .

“Kami berupaya memberikan kontribusi nyata dalam mencegah risiko stunting di Indonesia, khususnya pada kelompok anak usia dini yang paling rentan,” katanya, Jumat (7/8).

“Program ini dirancang secara holistik, tidak hanya melalui pemberian makanan tambahan berbasis protein hewani seperti susu dan telur, tetapi juga edukasi dan pendampingan gizi kepada keluarga dan kader,” tambahnya.

Program ini menyasar anak usia 1 hingga 4 tahun dengan risiko stunting karena memiliki berat badan stagnan, berat badan kurang, dan gizi kurang.

“Setiap anak akan menerima satu gelas susu tinggi kalori dan satu butir telur setiap hari selama enam bulan guna meningkatkan gizi harian mereka,” papar Sufintri.

Market Nutritionist Lead PT Nestlé Indonesia Jennifer Handaja menjelaskan, tahun ini, program Pendampingan Gizi fokus pada intervensi dan edukasi gizi anak usia dini.

Tiga wilayah menjadi sasaran, yaitu Pasuruan, Batang, dan Karawang. Program ini bertujuan untuk menjangkau lebih dari 630 anak berisiko stunting.

Tonton Juga: Suasana Bendungan Walahar

Melibatkan 1.350 orang tua, kader kesehatan, serta ibu hamil dan menyusui di lebih dari 95 desa. “Kami melakukan pendekatan kolaboratif,” ucapnya.

Pihaknya melibatkan pemerintah daerah, tenaga kesehatan, akademisi, serta kader dan komunitas lokal. “Selain itu, kami bekerja sama dengan tim ahli dari Universitas IPB,” tambahnya.

Tugas IPB, lanjut Jennifer, untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap bulan, guna memastikan efektivitas program dapat diukur secara ilmiah dan berkelanjutan.

“Kami berharap kerjasama ini dapat terus berkembang, menciptakan lebih banyak peluang untuk memberdayakan keluarga dan komunitas di seluruh Indonesia,” tutupnya. (asy)

Related Articles

Back to top button