HEADLINEKarawang
Trending

Menolak Lupa, BEM Fisip Unsika Gelar Mimbar Aksi September Hitam di Karawang

Radarkarawang.id- Rangkaian peristiwa memilukan mewarnai perjalanan bangsa ini. Menolak lupa, BEM Fisip Unsika gelar mimbar aksi September Hitam di Karawang.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) menilai, mimbar aksi September Hitam mengangkat isu pelanggaran HAM.

Sudah tercatat dalam sejarah, serangkaian kejadian pelanggaran HAM pernah mewarnai perjalanan republik ini. Hal ini mesti menjadi catatan generasi saat ini.

Baca juga: DLH Karawang Beli Sekam Rp625 Juta Untuk Percantik Median Jalan

Ketua BEM Fisip Muhammad Abdul Jabbar, menjelaskan ini menjadi ruang untuk mengingat sekaligus menolak lupa atas berbagai kasus pelanggaran HAM.

Jabbar meneruskan, mimbar aksi ini mengangkat isu pelanggaran HAM baik di masa lalu maupun yang masih membekas hingga hari ini.

“Tujuan kita tentu merawat ingatan dan menolak lupa atas pelanggaran HAM yang pernah terjadi,” kata Jabbar, Kamis (11/9), di Unsika.

“Kita ingin refleksi, apakah negara sudah bisa menyelesaikan kasus-kasus tersebut atau belum,” tegas Jabbar, sambil mengingatkan kasus yang pernah terjadi.

Sebagai penggagas, Bidang Gerakan Sosial dan Lingkungan serta Bidang Kajian dan Aksi Strategis BEM Fisip mengemas kegiatan dengan beragam kegiatan.

Tonton Juga: BANYAK RUMAH KOSONG DI PANCAWATI

Mulai dari mimbar bebas yang memberi ruang mahasiswa berekspresi lewat puisi, nyanyian, orasi hingga teatrikal, kemudian nonton dan bedah film.

Jabbar menambahkan, mahasiswa nonton bareng film berjudul Kiri Hijau, Kanan Merah. Sebagai refleksi atas peristiwa yang terjadi di masa lalu.

Kegiatan ini, lanjutnya, terbuka dan melibatkan berbagai elemen. “Kita mengundang teman-teman perpustakaan, komunitas perpustakaan jalanan, hingga BEM di Karawang,” katanya.

Menariknya, Jabbar menyampaikan bahwa acara seperti ini pertama kali terselenggara di lingkungan FISIP. Ia berharap mimbar aksi jadi agenda tahunan.

Tujuannya, agar mahasiswa memiliki ruang untuk terus menyuarakan keadilan dan mengkritisi persoalan HAM. “September Hitam bukan hanya kegiatan seremonial,” tegasnya.

“Tapi harus jadi pengingat bagi kita semua bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah bangsa terkait penyelesaian pelanggaran HAM,” tambah Jabbar.

Menurutnya, mahasiswa tidak boleh hanya duduk dan diam saja, mengikuti pembelajaran. “Mahasiswa harus hadir di garda depan untuk itu,” tutupnya.(mg/uty)

Related Articles

Back to top button