GERBANG SEKOLAH
Trending

Dosen Unsika Ajari Santri Tunanetra Kitab Jurumiyah Braille di Ponpes Garunggung

KARAWANG,RAKA- Tim dosen Unsika ajari antri tunanetra kitab Jurumiyah braille di pondok pesantren (Ponpes) Garunggung, Kabupaten Karawang. Program ini diwujudkan melalui pengembangan dan pemanfaatan Modul Kitab Jurumiyah yang merupakan kitab nahwu dalam huruf braille.

Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Hinggil Permana, S.Pd.I., M.Pd selaku ketua tim, dengan anggota Nur Rochimah, S.Si., M.Pd dan Dr. Siti Masruroh, M.Pd. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Nasional dengan skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat tahun 2025, yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pesantren sebagai mitra kegiatan memiliki sejumlah santri dengan kebutuhan khusus, khususnya tunanetra, yang tetap bersemangat menimba ilmu agama.

Selama ini, keterbatasan akses literatur dalam bentuk Braille menjadi tantangan besar dalam proses pembelajaran kitab kuning, terutama kitab nahwu seperti Jurumiyah. Kehadiran modul Braille yang dirancang oleh tim UNSIKA ini diharapkan menjadi solusi nyata dalam meningkatkan aksesibilitas pendidikan agama bagi santri tunanetra.

Menurut Dr. Hinggil Permana, kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada penyediaan bahan ajar, tetapi juga pada pendampingan serta pelatihan penggunaan modul Braille.

“Kami ingin santri tunanetra memiliki kesempatan yang setara untuk memahami ilmu nahwu, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam mengkaji kitab-kitab klasik Islam sebagaimana santri lainnya,” ujarnya.

Apresiasi positif datang dari pihak pesantren, Widya, salah satu staf pengajar, menyampaikan bahwa program ini membawa angin segar bagi metode pembelajaran di pesantren.

“Selama ini kami sering merasa kesulitan dalam memberikan materi nahwu kepada santri tunanetra. Dengan hadirnya modul Braille ini, kami lebih mudah membimbing mereka, dan para santri juga lebih percaya diri dalam belajar,” ungkapnya.

Sementara itu, Faras, salah satu santri tunanetra penerima manfaat, merasa sangat terbantu. “Saya senang sekali bisa membaca kitab Jurumiyah sendiri dengan huruf Braille. Biasanya saya harus menunggu dibacakan oleh teman, tapi sekarang saya bisa belajar langsung. Saya jadi lebih semangat menghafal dan memahami ilmu nahwu,” tuturnya dengan penuh antusias.

Dengan adanya program pemberdayaan ini, santri tunanetra di Pesantren Garunggung kini memiliki harapan baru untuk lebih mendalami ilmu nahwu secara mandiri dan sistematis. Ke depan, modul serupa juga berpotensi dikembangkan untuk kitab-kitab lain, sehingga literasi keilmuan Islam semakin terbuka bagi semua kalangan.(rls)

Related Articles

Back to top button