
KARAWANG, RAKA – Desa Mekarbuana di bawah kepemimpinan Jaji Maryono memiliki rencana pembangunan jangka menengah yaitu Mekarbuana sebagai desa agro-ekowisata.
Agro ekowista merupakan penggabungan aktivitas pertanian dan pariwisata. Bagaimana tidak, desa yang terletak di Puncak Karawang ini memiliki beragam jenis tanaman seperti durian, kopi, dan alpukat. Kemudian di Mekarbuana ini juga menawarkan pemandangan yang begitu indah.
Baca Juga: Puluhan Pasutri Sumringah Usai Sidang Isbat Nikah di Purwakarta
Kepala Desa Mekarbuana Jaji Maryono mengatakan sejak menjabat sebagai kepala desa pada tahaun 2015. Ia sudah menyusun rencana pembangunan jangka menengah desa dengan judul Mekarbuana sebagai desa agro-ekowisata.
“Kita padukan pertanian dengan pariwisata tanpa mengganggu ekosistem yang ada,” katanya kepada Radar Karawang, Rabu (24/9).
Jaji sapaan karibnya berharap melalui desa agro-ekowisata ini dapat menjaga alam sekitar dengan sumber air yang tetap mengalir, oksigen tetap terjaga, konservasi aman, dan masyarakat harus sejahtera.
“Itu ending yang kita harapkan. Dari judul tadi, kita ngambil atau memutuskan berdasarkan musawarah sesuai dengan potensi dan masalah desa,” ujarnya.
Jaji menyebut terdapat empat komoditas unggulan hasil pertanian lokal desa.Yaitu kopi, durian, manggis, dan alpukat. Selain itu para petani Mekarbuana ini banyak yang menanam pohon petai, jengkol, dan yang lainnya.
“Dengan ending judul tadi ini mudah-mudahan bisa tercapai,” imbuhnya.
Tonton Juga: RICE THREADING PROCESS
Tidak hanya berkutat pada sektor pertanian, pemerintah Desa Mekarmuana juga turut mengembangkan sektor pariwisata. Jaji mengaku pihaknya turut mendukung beberapa tempat wisata melalui program desa, seperti pengacoran jalan menuju curug Cigentis dengan menggunakan dana desa.
“Kita bantu supaya aksesnya lebih mudah dijangkau oleh para pengunjung,” ujarnya.
Perpaduan pertanian dan pariwisata ini sebagai upayua untuk meningkatkan perekonomian warga Mekarbuana. Jaji mencontohkan jika menjual buah alpukat ke pasar itu kisaran harga Rp13.000-Rp15.000 per kilo, tapi harga di tempat wisata bisa lebih dari itu.
“Di tempat wisata kita bikin 3 grid, grid 1 bisa laku Rp25.000, grid 2 Rp20.000, dan grid 3 Rp15.000,” katanya.
Sehingga dari perpaduan tadi di tempat wisata yang harganya relatif lebih bagus, maka ini secara otomatis dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Mekarbuana.
“Itu salah satu contohnya terkait dengan program unggulan desa,” imbuh Jjai. (mra)