Purwakarta
Trending

Kota Tasbih Rawan Gempa Bumi

PURWAKARTA, RAKA – Kabupaten Purwakarta disebut sebagai salah satu wilayah rawan gempa bumi di Jawa Barat. Letaknya yang berdekatan dengan Sesar Lembang dan West Java Back Arc Thrust membuat daerah ini masuk zona rawan bencana.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan ancaman gempa tidak hanya datang dari sesar aktif.

“Zona megathrust Selat Sunda juga menjadi momok besar. Jika skenario gempa magnitudo 9,0 benar terjadi, Purwakarta berpotensi diguncang dengan skala VI-VII MMI,” ujarnya, Senin (29/9).

Ia menegaskan, meski tidak berisiko tsunami, dampak guncangan dari gempa besar berpotensi menimbulkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur. Atas dasar itu, upaya mitigasi disebut harus terus digencarkan.

Melihat tren peningkatan aktivitas gempabumi di Jawa Barat, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya langkah mitigasi berkelanjutan menuju zero victim.

Salah satunya melalui pengembangan Sistem Peringatan Dini Gempabumi atau Earthquake Early Warning System (EEWS). Sistem ini mampu memberi peringatan beberapa detik sebelum guncangan terasa, meski masih memiliki keterbatasan di daerah dekat pusat gempa (blind zone).

Sebagai bagian dari edukasi, BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung juga menggelar Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) dan Tsunami di Purwakarta.

“Kegiatan ini dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Irfan, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, dan diikuti sekitar 50 peserta dari unsur BPBD, Forkopimcam, perangkat desa, pimpinan pondok, tokoh masyarakat, relawan, hingga para santri,” jelas Rahayu.

Tahun ini, SLG mengusung tema “10 Taun SLG, 10 Taun Ngawangun Kasiapsiagaan Pikeun Salamet tina Musibah Gempabumi di Wewengkon Jawa Barat” atau “10 Tahun SLG, 10 Tahun Membangun Kesiapsiagaan untuk Selamat dari Bencana Gempabumi di Wilayah Jawa Barat.”

Sejak 2015, program SLG telah menyentuh berbagai daerah rawan seperti Pangandaran, Garut, Sukabumi, Sumedang, hingga Tasikmalaya. Dalam pelaksanaannya, peserta dibekali materi tentang potensi ancaman gempabumi, pengenalan produk informasi BMKG, teknik tanggap gempa, hingga simulasi jalur evakuasi.

Selain itu, secara paralel BMKG juga menggelar Goes to School di lingkungan pesantren untuk siswa MI, MTs, dan MA Al-Irfan. Sebanyak 400 murid dan guru turut serta dalam edukasi kesiapsiagaan bencana tersebut. Rahayu menegaskan, edukasi semacam ini penting untuk membangun budaya tanggap bencana.

“Purwakarta punya potensi gempa yang nyata. Melalui kegiatan ini, kami ingin masyarakat lebih paham dan terampil dalam menghadapi ancaman gempabumi. Harapannya, kesiapsiagaan yang dibangun bisa benar-benar menyelamatkan nyawa,” ucapnya. (yat)

Related Articles

Back to top button