
radarkarawang.id – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), kini tengah sibuk berwirausaha. Mereka menjalankan proyek bisnis pembuatan buket bunga sebagai bagian dari Mata Kuliah Kewirausahaan.
Proyek ini dibimbing langsung oleh Dosen Pengampu, Dr. Dewi Suprihatin yang mengajar mahasiswa semester tujuh kelas C dan D. Inisiatif ini muncul sebagai langkah konkret untuk mengimplementasikan teori yang telah didapatkan di kelas.
Dr. Dewi Suprihatin menjelaskan bahwa ia memilih proyek buket karena alasan keunikan dan prospek pasar yang menarik. “Saya memilih projek karena untuk materi terus mereka sudah mendapatkan teori, karena menurut saya buket itu unik,” kata beliau.
Fokus utama proyek ini adalah mengoptimalkan pasar internal kampus. Dr. Dewi menambahkan, target pasar mereka adalah lingkungan UNSIKA. “Daripada mereka membeli di luar lebih baik beli di kita dengan harga mahasiswa.”
Ide brilian ini didorong oleh pengalaman masa lalu Dr. Dewi. Ia menyebutkan, ia dulunya adalah anak teater yang aktif dalam bidang dekorasi, dan keterampilan tersebut sangat berguna saat ini dalam mengarahkan mahasiswa.
Sebagai langkah awal, mahasiswa difasilitasi modal oleh Dr. Dewi untuk dikelola menjadi unit bisnis mandiri. Mereka diwajibkan melaporkan pemasukan dan pengeluaran keuangan setiap seminggu sekali.
Sebelum memulai produksi, mahasiswa diarahkan untuk melakukan studi banding. Mereka melakukan wawancara dengan mahasiswa Fakultas Ekonomi terkait pembukuan keuangan dan menganalisis harga buket di sekitar UNSIKA sebagai referensi.
Larasshaty Sarah Bintang, selaku Ketua atau Penanggung Jawab proyek, mengungkapkan rasa senangnya atas kepercayaan yang diberikan. “Saya merasa senang dan bangga bisa dipercaya menjadi ketua proyek mata kuliah kewirausahaan ini,” ujarnya, menekankan penambahan pengalaman dalam kepemimpinan dan manajemen waktu.
Namun, menjalankan bisnis di tengah padatnya jadwal kuliah tentu memiliki tantangan. Larasshaty mengidentifikasi hambatan utama ada pada proses pengantaran buket ke pembeli yang harus disesuaikan dengan jadwal kuliah kelas C dan D.
Kendala lain yang muncul adalah kelelahan tim, terutama tim produksi. Larasshaty mengakui bahwa beberapa teman sempat mengeluh karena mereka harus membuat antara 10 hingga 12 buket dalam satu kali pertemuan produksi.
Produksi intensif ini dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis, dengan alokasi waktu dari pukul 13.00 hingga 16.20. Sesi produksi berfokus pada pemenuhan pesanan pre-order (PO) dan pembuatan stok untuk promosi.
Di tengah persaingan, buket bunga mawar ukuran L dengan isi 14 bunga menjadi produk yang paling diminati. Produk ini laris karena dinilai memiliki tampilan yang menarik namun tetap ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau bagi pembeli mahasiswa.
Untuk meningkatkan penjualan, tim promosi gencar bergerak melalui media sosial Instagram dan juga membagikan pamflet secara daring di grup-grup WhatsApp kumpulan mahasiswa UNSIKA dan sekitarnya, serta terus menjaga kualitas produk. (uty)



