Purwakarta
Trending

Jabar Siaga Hadapi Bencana Cuaca Ekstrem

PURWAKARTA, RAKA – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memastikan seluruh perangkat daerah di wilayahnya dalam kondisi siaga penuh menghadapi potensi bencana di tengah cuaca ekstrem yang melanda berbagai daerah.

Dedi mengatakan, langkah mitigasi telah disiapkan secara menyeluruh, mulai dari kesiapan alat berat dan personel tanggap darurat, hingga perencanaan infrastruktur yang lebih adaptif terhadap perubahan cuaca.

“Kemarin kami baru mengevakuasi daerah terisolasi di Sukabumi, sekarang sudah terbuka. Petugas di lapangan siap, peralatan lengkap. Dinas PU saja sudah memiliki lebih dari sepuluh alat berat baru dan enam mobil angkut untuk mobilitas tinggi,” ujar Dedi di Kantor Kejari Purwakarta, Senin (3/11).

Ia menegaskan, koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terus diperkuat agar sistem tanggap darurat berjalan efektif.

“Setiap hari gubernurnya standby, memberikan instruksi langsung atas apa yang terjadi di lapangan,” katanya.

Namun, kesiapsiagaan pemerintah dinilai belum cukup tanpa dukungan masyarakat. Dedi menekankan pentingnya kesadaran publik untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu bencana.

“Kalau menambang di lereng, ya harus berhenti dulu. Lereng yang ditambang bisa longsor. Begitu juga buang sampah ke sungai, pasti banjir. Semua harus sadar,” ujarnya.

Menurutnya, keseimbangan alam sangat bergantung pada kedisiplinan warga. “Kalau masyarakat tidak disiplin, sebaik apa pun sistem pemerintah, tetap tidak cukup,” tegasnya.

Sebagai bagian dari langkah jangka panjang, Pemprov Jawa Barat berencana mengubah desain jembatan di daerah rawan banjir mulai tahun 2026.

Dedi menjelaskan, jembatan yang dibangun dengan struktur lurus sering kali menghambat aliran air dan menyebabkan luapan saat terjadi hujan deras.

“Mulai tahun depan, desainnya akan dibuat melengkung agar arus air tetap mengalir lancar. Saya sudah minta Dinas PU provinsi berkoordinasi dengan kabupaten dan kota,” katanya.

Selain itu, Dinas Sumber Daya Air juga diminta mempercepat normalisasi sungai di sejumlah titik rawan.
“Setiap hari mereka turun ke lapangan. Kadang bentrok dengan warga yang mengklaim lahan, tapi kita tetap jalan karena ini untuk kepentingan masyarakat,” ujar Dedi.

Ia menambahkan, daerah selatan Jawa Barat saat ini menjadi fokus utama pengawasan karena tingkat kerawanannya meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Sukabumi, Cianjur, dan Garut sekarang harus diawasi ketat. Dulu Garut tidak termasuk wilayah rawan banjir, tapi sekarang sudah. Sementara wilayah utara seperti Indramayu, Subang, dan Bekasi masih relatif aman, semoga tetap begitu,” ucapnya.

Bagi Dedi, menghadapi bencana bukan hanya soal alat berat dan tanggap darurat, tetapi juga soal budaya disiplin dan kepedulian terhadap alam.

“Kalau manusia bersahabat dengan lingkungannya, alam pun tidak akan melawan,” tandasnya. (yat)

Related Articles

Back to top button