Guru Harus Bisa Kendalikan Emosi
PURWAKARTA, RAKA – Merupakan suatu keharusan bagi para pendidik memiliki kesiapan mental yang kuat. Pasalnya salah satu unsur penting yang bisa menunjang keberhasilan mendidik adalah stabilitas emosi pendidik itu sendiri.
Guru SMPN 1 Tegalwaru Neng Yoyoh Komariah mengatakan, pendidikan yang sedang diupayakan, merupakan proses yang luar biasa penting demi mencapai tujuan, yaitu menciptakan individu yang beriman bertaqwa cerdas terampil mandiri berakhlakul karimah. “Tidak bisa dipungkiri pengendalian diri kadang dirasa sulit ketika situasi dan lingkungan tidak nyaman. Kalau melihat maraknya permasalahan permasalahan di sekitar kita, kita selaku pelaku pendidikan merasa prihatin dan miris mengapa hal tersebut terjadi,” paparnya.
Ia juga mengtakan, indikasinya mengarah pada apa yang telah guru lakukan selama proses memberikan layanan dan bimbingan selama proses pembelajaran. “Ketika mengawali hari apakah dengan penuh semangat dan senyuman yang kita hadirkan pada anak didik kita, atau dengan muka lesu dan tidak bergairah yang kita perlihatkan kepada mereka,” ujarnya.
Dengan suasana yang tidak kondusif, lanjut dia, serta kondisi yang tidak nyaman, hormon yang mempengaruhi mood saat belajar adalah Hormon Kortisol. “Yang mana hormon ini berpengaruh tidak baik pada keberlangsungan proses pembelajaran, hormon-hormon kortisol ini penyebab munculnya perasaan sebel yang kita rasakan,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, tentunya hal ini mempengaruhi kondisi dan atmosfir belajar anak didik. Dengan bawaan hati sebel maka interaksi belajar bukanlah interaksi yang menyenangkan, tapi mengarah ke membosankan dan tidak semangat serta rasa jenuh yang terjadi. Hal ini akan sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan untuk mengolah pikiran rasa dan pengetahuan peserta didik.
Mengasah karakter yang baik, serta melatih keterampilan dan kemampuan menunjukkan tindakan yang terampil dalam suatu bidang, yang ketiganya tak bisa dipisahkan, atau hanya menganggap salah satu asfek saja yang penting. “Tapi terintegrasi dan sinergi sehingga tercipta kompetensi yang diharapkan serta muncul dan terpupuk karakter- karakter baik yang diharapkan,” pungkasnya. (ris)