Turun Temurun Menjaga Monumen Kebulatan Tekad
RENGASDENGKLOK, RAKA – Siapa yang tidak mengenal Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok. Monumen yang dibangun tahun 1950 yang dibangun di atas tanah bekas markas Pembela Tanah Air (Peta), itu menjadi satu tanda tonggak perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Idris (47) warga Kampung Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, penjaga Monumen Kebulatan Tekad mengaku monumen ini dibangun di atas lahan 1500 meter persegi. “Biaya pembangunannya Rp17.500,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Idris menjelaskan, Monumen yang juga dikenal dengan sebutan Tugu Bojong, awalnya dirawat oleh buyutnya. Dan sebelum orangtuanya meninggal, Idris diberikan amanat untuk menjaga tugu tersebut. “Turun temurun, kurang lebih sudah 17 tahun,” katanya.
Menurutnya, merawat tempat sejarah adalah bagian dari mengenang pahlawan. Idris lebih memikirkan amanat orangtua, disamping honor yang diberikan pemda. Bahkan dia mengaku pernah digaji Rp300 per bulan. “Sekarang digaji Rp1.950.000 per bulan,” katanya.
Ia melanjutkan, Monumen Kebulatan Tekad selalu dikunjungi oleh pelajar, masyarakat dari berbagai daerah seperti Aceh. Namun, fasilitas tugu tersebut belum mumpuni. Seperti tempat parkir. “Pemkab sempat mengukur lahan sekitar tugu untuk dijadikan lahan parkir, namun pembangunannya belum dilakukan,” katanya.
Hasanudin (21) mahasiswa pendidikan sejarah Universits Negeri Jogjakarta mengaku senang bisa mendatangi Monumen Kebulatan Tekad. “Ingin tahu kebenarannya dari kebenaran proklamasi yang dibuat di Karawang,” katanya. (cr4)