NKRI Harga Mati Bukan Sekadar Slogan
TELAGASARI, RAKA – NKRI harga mati bukan hal yang baru didengar. Slogan tersebut menggambarkan seseorang atau kelompok yang ingin membela tanah air Indonesia hingga titik darah penghabisan. Dan nyatanya slogan itu benar-benar tertanam di jiwa seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Danramil Telagasari Kapten Infanteri Kanung menyebut, jika NKRI harga mati memang benar-benar tertanam dari jiwa seorang prajurit. Apapun halangan dan rintangannya, jika nyawa perlu dikorbankan untuk membela tanah air, dia mengaku siap dan memang sudah menjadi tugasnya dalam mengamankan negara. “NKRI harga mati, korban nyawa pun siap demi tegaknya NKRI,” tegasnya.
Menurut Danramil yang mengawali karier dari tamtama berpangkat prada atau lebih jelasnya prajurit dua ini, menjadi sebagai seorang prajurit ialah pilihan. Lebih spesifik bisa dikatakan takdir Tuhan. Mulanya dia hanya ingin mengabdikan diri ke negara, bisa bermanfaat bagi keamanan negara dan bangsa, dan akhirnya terwujud sebagai seorang TNI.
Kesan menjadi seorang prajurit sungguh banyak tak terhitung, terlebih dia yang sudah bergelut di dunia TNI sekitar 25 tahun. Namun yang paling berkesan menurut danramil yang pernah bertugas di Batujaya ini, yaitu bisa menjadi salah satu bagian dari keamanan negara.
Ditanya masalah perbedaan antara Kecamatan Telagasari dan Kecamatan Batujaya yang pernah ia pimpin, nyatanya di Kecamatan Batujaya wilayah teritorialnya daerah pantai, serta profesi masyarakat sangat hetorogen. Mulai dari pertanian, buruh, pedagang, nelayan, ada pejabat, anggota dewan, dan lain-lain. Berbeda dengan masyarakat Kecamatan Telagasari yang dia pimpin saat ini. “Mungkin di Batujaya itu karena dekat dengan pesisir, dan satu lagi, lokasi apel dari koramil ke kodim yang cukup jauh memakan waktu 1,5 jam, kadang kondisi macet,” ucapnya.
Kendati demikian, tugas adalah tugas yang tidak bisa dibantahkan. Dimanapun ditempatkan, seorang prajurit tak ada alasan untuk mundur, terlebih tugas tersebut merupakan titah negara. (rok)