Uncategorized

Difabel Dilatih Bikin Kue

LEMAHABANG, RAKA – Menjadi penyandang disabilitas sensorik tidak mudah. Perjuangan mereka agar bisa mandiri butuh kerja keras. Memfasilitasi kemandirian, mereka dilatih membuat kue di aula kantor Camat Lemahabang, kemarin.

Selain dibekali pelatihan membuat kue. Tiga puluh penyandang disabilitas sensorik juga diberikan modal berupa perlengkapan membuat kue. Mulai dari oven, kompor, hingga gas elpiji 3 kilogram.

Rita Andriani, kasie Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Karawang, mengatakan, warga disabilitas dari Kecamatan Lemahabang, Kecamatan Tempuran, Kecamatan Tirtamulya, dan Kecamatan Rawamerta, diberikan pelatihan cara membuat kue agar mereka memiliki kesibukan, dan keterampilan yang dapat menghasilkan. “Jangan sampai mereka hanya diam saja di rumah. Makanya kita berikan pelatihan sekaligus peralatan membuat kue,” ujarnya kepada Radar Karawang.

Ia melanjutkan, setelah mereka memiliki keterampilan serta kemampuan membuat kue, para penyandang disabilitas ini tidak lagi mengeluhkan kekurangannya. “Justru kekurangannya ini harus menjadi motivasi tersendiri agar bisa bangkit dari keterpurukan,” katanya.

Kepala KUA Lemahabang Ade Badruzaman mengatakan, Allah menciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tidak ada yang sempurna, dan tidak ada yang patut disombongkan. “Saya yakin penciptaan Allah tidak ada yang gagal, namun tidak juga sempurna. Semua memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing,” ujarnya.

Menurutnya setiap pasangan pengantin yang hendak nikah, diberikan pemahaman terlebih dahulu tentang kesehatan reproduksi di kantor KUA. Selain takdir Allah, agar terhindar dari hal yang tak diinginkan terhadap keturunannya di kemudian hari.

dr Dina, petugas kesehatan Puskesmas Lemahabang mengatakan, terdapat beberapa kemungkinan yang mengakibatkan para peserta ini menderita tuna rungu dan wicara. Selain faktor bawaan lahir, faktor kebiasaan menggunakan earphone yang berlebihan menjadi satu penyebabnya, dan bisa saja akibat kecelakaan. “Biasanya akibat penyakit tisjoplasma dan pengaruh obat-obatan,” katanya.

Namun, lanjut dokter, selain penyegaran, dia juga berikan pemahaman tentang cara pengobatannya melalui alat bantu. Pasalnya, melalui BPJS, ada alat bantu dengar gratis namun disesuaikan dengan frekuensinya. “Semua dapat disembuhkan melalui pengobatan atau melalui alat bantu. Namun, ada skala yang berbeda tergantung tingkatan penyakit si penderita,” ujarnya.

Penderita tunarungu warga Desa Parakanmulya, Kecamatan Tirtamula, Warsih (43) mengatakan, awalnya tidak bisa mendengar karena para peserta kepanduan tak pernah diobati saat kecelakaan. “Karena selain bisa latihan, kita juga diberi alat lengkapnya untuk membuat kue,” tandasnya. (rok)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button