Petambak Rugi, Pendapatan Nelayan Anjlok
TEMPURAN, RAKA – Dampak semburan gas bercampur minyak dari sumur YYA – 1 Pertamina HE ONWJ sangat dirasakan nelayan. Tangkapan ikan mereka turun drastis. Tak hanya nelayan, masyarakat sekitar pun kena dampak akibat penutupan sementara objek wisata pantai.
Sebelum terjadinya kebocoran pipa Pertamina HE ONWJ, tak kurang dari 2 kuintal ikan tangkapan nelayan. Namun kali ini, untuk mendapatkan 50 kilogram ikan saja kesulitan. Selain jarang ditemukan, beberapa jenis ikan pun memiliki aroma minyak. “Biasanya 2 kuintal sekali melaut, sekarang turun drastis. Ikannya pun agak bau minyak,” tutur Rijal, nelayan Dusun Pulomulya, Desa Ciparage, Kecamatan Tempuran, Rabu (24/7).
Ketua Koperasi Produksi Perikanan dan Kelautan H Budianto mengatakan, dampak kebocoran pipa PHE ONWJ ini sangat dirasakan nelayan. “Ceceran minyak dari Pertamina jelas mempengaruhi nelayan kita. Kenapa demikian? Karena ikan itu tidak akan muncul dengan dampak seperti itu. Sehingga penghasilan nelayan menurun,” ujarnya.
Menurut Budi, munculnya limbah kerak-kerak minyak yang dibarengi keluarnya gas membuat nelayan sulitnya mendapatkan ikan. Padahal, sebulan lalu nelayan Ciparage baru saja dilanda paceklik. Dia mengakui, meskipun tak banyak, nelayan masih bisa medaratkan hasil tangkapannya. Karena belum ada dampak secara signifikan, terkecuali angin dari barat. “Pasti kita yang utara akan kena,” tambah pria yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Karawang itu.
Kondisi serupa juga dialami nelayan Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya. Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mulyabahari Cemarajaya Cakim mengatakan, biasanya setiap hari nelayan mendapatkan 8 Kg, kini penghasilan nelayanhanya 7 ons sampai 1,5 Kg. “Kalau udang putih per kilonya sampai 80 ribu,” jelasnya.
Turunnya pendapatan nelayan sudah dirasakan lima hari terakhir. Hal ini berimbas pada penghasilan mereka. Jangankan buat kebutuhan rumah tangga,untuk biaya solar dan perbekalan di laut pun tidak tercukupi. “Sekarang kalau 9.000 kali 8 ons cuma Rp72 ribu,” tuturnya.
Tak hanya nelayan, petambak ikan pun merasakan dampaknya. Saat ini, tambak tidak bisa diairi karena sudah tercemar. Padahal, sirkulasi sangat dibutuhkan untuk menjaga kondisi ikan. “Otomatis dengan adanya pencemaran ini, petani tambak tidak dapat memproduksi dan otomatis merasakan kerugian,” ungkap Acing, tokoh masyarakat Cemarajaya.
Padahal, menurut Kepala Desa Cemarajaya Yonglim Supardi, hampir 90 persen warganya hidup dari petani tambak dan nelayan. “Harapan saya pemcemaran ini cepat diselesaikan karena ini menyangkut tentang kemanusiaan,” tandasnya. (rok/cr4)