Uncategorized

Nelayan Masih Membersihkan Minyak

PEDES, RAKA – Kebocoran minyak Pertamina yang terjadi sejak Juli, dampaknya terus meluas. Mengantisipasi kemungkinan yang lebih buruk, Sat Polair Polres Karawang terus melaksanakan monitoring perkembangan situasi perairan.

Hal tersebut dilihat dari pelaksanaan patroli rutin oleh kapal patroli yang dipergunakan anggota dalam menyisir perairan di wilayahnya, dan memberikan himbauan kepada kapal nelayan yang melintas demi menjaga keamanan, Senin (19/8).

Termasuk melakukan himbauan kepada masyarakat pinggir pantai, sehubungan masih adanya dampak limbah yang menyebar ke bebebapa muara diantaranya muara Sungaibuntu, Cemarajaya, Sedari, Tambaksari dan Pakisjaya. “Kita terus himbau warga dan nelayan setempat untuk terus membantu membersihkan limbah minyak, dan tidak menggunakan alat tangkap ikan yang berbahaya demi kelangsungan ekosistem laut,” ujar Kasat Polair AKP Sitorus.

Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah mengatakan, kandungan minyak yang berasal dari kebocoran minyak tumpah milik Pertamina di perairan Karawang, mengandung senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon atau Polisiklik Aromatik Hidrokarbon. Menurut Merah, setidaknya ada tiga dampak yang bakal dirasakan masyarakat sekitar ketika terpapar kandungan itu. Pertama, udara akan tercemar akibat bau menyengat yang timbul dari senyawa dan bakal mengganggu pernapasan. “Kandungan minyak yang menyebar di permukaan laut Karawang itu Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. Ada tiga dampak, pertama paparan udara karena bau menyengat dari senyawa itu bisa mengganggu paru-paru warga sekitar,” kata Merah.

Ia melanjutkan, senyawa ini juga dapat menghasilkan tumor pada tikus dalam waktu singkat meskipun hanya sedikit yang dioleskan pada kulit tikus. Dampak lainnya jika kulit menyentuh senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon, kulit akan terasa panas serta gatal-gatal. Selain itu, menurut Jatam ekosistem tanaman mangrove yang tumbuh di sekitar perairan pun terancam mati.

VP Relation Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya menjelaskan, untuk menjaga kesehatan warga di perairan terdampak, PHE ONWJ juga mendirikan Pos Kesehatan di area terdampak. PHE ONWJ telah bersinergi dengan Pertamedika dengan mengirimkan 5 ambulance, 5 dokter dan 35 paramedis yang disebar di 5 Posko Kesehatan. “Selain dokter dan perawat, PHE ONWJ dan Pertamedika juga menyiagakan ambulance emergency yang dilengkapi dengan AED (Automated External Defibrillator) atau alat defibrilasi jantung otomatis. Selain untuk mengecek dan menjaga kesehatan tenaga pendukung yang terlibat dalam aksi pembersihan pantai. Tidak hanya itu, Posko Kesehatan ini juga diperuntukkan bagi warga yang merasa ada keluhan dengan kesehatannya,” tuturnya. (psn/trb/cn)

Related Articles

Back to top button