Pelajar Bawa Motor, Sopir Angkot Tekor
PENGHASILAN TURUN: Sopir angkot mengeluhkan penghasilannya terus menurun, karena pengguna angkot sudah jarang. Masyarakat lebih menggunakan kendaraan pribadi.
CIKAMPEK, RAKA – Penghasilan sopir angkot terus mengalami penurunan. Apalagi, saat ini banyak pelajar bawa sepeda motor ke sekolah. Padahal, pelajar jadi sasaran pasar angkot.
Omin (50), salah satu sopir angkot mengatakan, sudah lama menjadi supir angkot. Pemasaran produk otomotif semakin meningkat. “Perkembangan zaman semakin berkembang, sekarang banyak orang sudah mempunyai kendaraan, bahkan hampir dari satu rumah pasti motor lebih dari satu dan dua,” ujarnya.
Ia mengaku, untuk sekarang tidak lagi menggunkan sopir tembak, karena penghasilan dari tahun ke tahun semakin menurun. “Dari tahun ke tahun penghasilan sopir angkot menurun. Dulu, sehari bisa mendapatkan Rp150 ribu, semenjak tahun 2016 sampai sekarang, paling besar Rp 50 ribu perhari,” akunya.
Menurutnya, untuk mengambalikan kembali pendapatan sopir angkot, pemerintah daerah harus tegas melarang anak pelajar bawa motor ke sekolah. Selain melanggar aturan kendaraan, karena di bawah umur 17 tahun belum mempunyai SIM. Selain itu, untuk mengurangi resiko kecelakaan. “Jika anak pelajar tidak membawa motor ke sekolah, tentu pendapatan sopir angkot akan kembali stabil. Maka dari itu saya meminta kepada pemerintah daerah dan dinas terkait harus bekerja sama untuk memberlakukan aturan pelajar tidak bawa motor ke sekolah,” ungkapnya.
Sopir angkot lainnya Nanang (50), menambahkan, sudah puluhan tahun menjadi supir angkot, dari tahun ke tahun penghasilan semakin menurun. “Saya harap kepada pemerintah daerah, untuk tegas memberlakukan anak pelajar dilarang bawa motor ke sekolah, seperti di Kabupaten Purwarkarta. Jika anak sekolah tidak membawa motor, tentu pendapatan sopir angkot kembali stabil,” pungkasnya. (acu)