Dua Lumba-lumba Mati
BANGKAI: Sejak minyak Pertamina tumpah di laut Karawang, sudah ada dua lumba-lumba yang ditemukan mati. Gambar pertama, bangkai lumba-lumba yang ditemukan di Desa Pusakajaya Utara, tanggal 17 Agustus. Gambar kedua, bangkai lumba-lumba yang ditemukan di Pantai Pelangi, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Kamis (5/9).
Diduga Terpapar Minyak Pertamina
PEDES, RAKA – Sejak tumpahan minyak Pertamina mencemari laut Karawang, perlahan tapi pasti selain menyusahkan warga pesisir pantai, juga menyebabkan bencana ekologi.
Baru-baru ini dalam waktu yang berbeda, dua bangkai lumba-lumba ditemukan warga. Penemuan bangkai pertama pertengahan Agustus. Satu lumba-lumba lainnya ditemukan sudah membusuk di Pantai Pelangi, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Kamis (5/9).
Willy Firdaus, aktivis lingkungan menuturkan, lumba-lumba hidung botol yang ditemukan mati di Pantai Pelangi, bukanlah lumba-lumba pertama yang mati. Pada tanggal 17 Agustus, warga juga menemukan seekor lumba-lumba mati di pesisir Pantai Cilebar. “Sehari kemudian KKP mengambil sampel dari bangkai hewan itu,” kata Willy.
Aktivis lingkungan lainnya, Erik Ramdani menduga jenis lumba-lumba tersebut, mati terbawa arus gelombang setelah lemas saat melewati laut yang tercemar tumpahan minyak. Saat mati dan membusuk, mamalia itu kemudian terdampar di pantai.Penemuan lumba-lumba tersebut telah dilaporkan ke Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang (PSPL) Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Dugaan, matinya spesies lumba-lumba itu menghirup minyak. “ujar Erik.
Atas laporan itu, tim verifikator bergerak dan mengambil sampel dari bangkai lumba-lumba tersebut. Deden Solihin, pelaksana Satker DKI Jakarta Loka PSPL Serang bercerita, saat ditemukan lumba-lumba itu hampir membusuk. Terkubur di pasir pantai, di sekitar tubuh hewan laut itu terdapat ceceran minyak mentah berwarna hitam. “Saat ditemukan, sudah terlihat bagian tulang dan sebagian terkubur pasir yang di sekelilingnya ada oil spill,” ucap Deden.
Dugaan sementara, kata Deden, lumba-lumba itu mati saat mencoba mengambil udara ke permukaan laut. Namun, karena di permukaan air terdapat banyak minyak mentah yang mengambang diduga lumba-lumba itu ikut menghisapnya. “Dugaan sementara, saat lumba-lumba ini mengambil udara, minyak ikut terhisap. Namun hal ini harus dipastikan lewat uji hidrokarbon. Hasilnya keluar dua pekan lagi,” kata Deden.
Deden mengatakan, pengambilan sampel bangkai lumba-lumba berdasarkan laporan dan perintah langsung dari Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selama tumpahan minyak menggenangi pantai Karawang, mereka telah mengambil dua sampel bangkai lumba-lumba.
Pertama, kata dia, bangkai lumba-lumba di Desa Pusakajaya Utara, pada 17 Agustus lalu. “Kondisi bangkai lumba-lumba yang ditemukan berikutnya sudah kode 5, yakni komposit rusak. Bangkai itu hanya tinggal rangka dan sisa daging. Kami tadi mengambil kulit, daging, dan tulang,” katanya.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Serang, kata Deden, akan melakukan uji DNA, histologi, logam berat, dan hidrokarbon. Untuk keperluan tersebut, dibutuhkan waktu sekira satu hingga dua pekan guna mendapat hasil uji laboratorium bangkai lumba-lumba. (psn/dtk/pro/jp)