BUANG SESAJI: Nelayan menyiapkan sesaji yang akan dilarung ke tengah laut.
CILAMAYA KULON, RAKA- Ratusan perahu nelayan Pasirputih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon dengan berbagai hiasan siap melarung kepala kerbau ke tengah laut, Minggu (22/9).
Kegiatan tahunan ini, tak hanya sebagai ritual tapi juga sebagai hiburan masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat luar yang datang, ikut menyaksikan upacara nadran. Kegiatan diawali dengan ruat bumi melalui pagelaran wayang kulit, budaya lokal lainnya di tampilkan oleh warga pesisir. Mereka menilai acara tahunan itu merupakan salah satu peninggalan leluhur yang akan terus dilestarikan, karena bagian dari simbol ucapan rasa syukur nelayan terhadap sang pencipta.
Di katakan salah satu nelayan Pasirputih, Wardi, dalam acara nadran laut ini, ia mengaku tak merasa rugi meskipun harus menghabiskan jutaan rupiah untuk menghias perahu. Selain kemeriahan, inti utama kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur nelayan. “Untuk mensyukuri nikmat itu tak perlu perhitungan,” ucapnya.
Menurutnya, nadran laut ini bukan lagi pagelaran yang asing bagi para nelayan, karena setiap tahun, pelaksanaannya tak pernah terlewat. Terlebih nelayan juga meyakini, jika nadran ini salah satu cara untuk mengungkapan rasa syukur. Dengan harapan, hasil tangkap ikan bisa melimpah dan berkah. Setelah ruwatan selesai, nelayan dan warga Pasirputih berebut air serta darah kerbau untuk di oleskan atau dicipratkan ke perahu masing-masing. Mereka mempercayai jika air dan darah kerbau tersebut bisa membawa keberkahan terhadap hasil tangkap mereka di kemudian hari.
Manajer TPI Pasirputih Marjaya Ahmad Setiawan mengatakan, pesta laut digelar hampir sepekan. Mulai Kamis (19/9) malam diisi dengan tablig akbar dan santunan. Kemudian, Sabtu (21/9) wayang kulit, Minggu (22/9) upacara nadran, turnamen voli dan dangdutan. Senin (23/9) tarling dan Selasa (24/9) drama. “Tadi perahu yang ikut lebih 100 kayaknya. Diisi nelayan dan keluarganya. Pengunjung juga banyak yang naik. Yang nonton ribuan,” ucapnya.
Hanya saja, Marjaya mengeluhkan anggaran bantuan dari pemerintah tiap tahunnya menurun terus. Dua tahun lalu, bantuan diberikan Rp100 juta per TPI, sekarang Rp47 juta. Dia minta anggarannya tidak dikurangi lagi. Karena untuk menggelar pesta laut anggarannya lumayan besar. “Atau kalau pemerintah daerah merasa terbebani, bisa juga dianggarkan 2 tahun 1 kali. Tapi anggarannya tidak dikurangi. Sehingga nelayan pun tidak bosan pesta laut, karena mereka juga iuran,” terangnya.
Marjaya mengusulkan, agar Dinas Kelautan bersinergi dengan Disbudpar, agar TPI yg aktif memberikan kontribusi retribusi menjadi prioritas menerima bantuan untuk kegiatan pesta laut. “Karena pesta laut juga menjadi magnet wisatawan, menghidupkan ekonomi masyarakat pesisir. Jangan sampai HUT Karawang hanya dirasakan di perkotaan saja, warga daerah pun ikut merasakannya,” pintanya.
Tak hanya di Cilamaya, kegiatan nadran laut pun dilakukan di Sungaibuntu, Kecamatan Pedes. Sama seperti di Cilamaya, ratusan nelayan ikut memeriahkan acara ini.
Warsad, ketua Rukun Nelayan TPI Mina Karya Makmur Sungaibuntu mengatakan, rangkaian kegiatan nadran sudah dimulai sejak Selasa (17/9), dibuka dengan pengajian umum di TPI Mina Karya, kemudian pada tanggal 18,19 dan 20 diisi dengan acara hiburan seperti layar tancap dan pagelaran kecil yang diikuti masyarakat Sungaibuntu. “Terus tanggal 21 nya pemotongan kerbau dan karnaval kelingling sampai kantor Kecamatan Pedes samapa Cibuaya langsung disamput pementasan wayang kulit,” jelas kepada Radar Karawang, Minggu (22/9).
Lanjut Warsad, setelah pemotongan hewan kerbau, sejumalah nelayan melangsungkan pembuangan kepala kerbau ke tengah laut sekitar 6 sampai 7 kilometer dari bibir pantai Sungaibuntu dan diikuti 176 perahu para nelayan yang tergabung di TPI Mina Karya Makmur, setelah membuang kepala kerbau langsung dimeriahkan dengan pementasan tarling dangdut dari Indramayu. “Nanti hari senin ada pagelaran sandiwara dari Indramayu juga, sekaligus penutupan acara nadran laut ini,” ujarnya.
Yonglim Supardi, kepala Desa Cemarajaya berharap dengan diadakannya pesta laut atau nadran yang diselenggaran setiap tahun agar terhindar dari balai yang menimpa para nelayan maupun masyarakat pesisr pantai, bagi Yonglim nadran juga merupakan rangkaian dari kegiatan HUT Karawang ke- 386. “Semoga kedepannya, kehidupan para nelayan lebih makmur dan nadran juga kegiatan setahun sekali bagian dari syukuran,” pungkasnya. (rok/mra/asy)