GERBANG SEKOLAH

Pelajar Harus Kritis

BELAJAR : Pelajar Purwakarta saat menyimak materi yang disampaikan guru.

PURWAKARTA, RAKA – Pelajar dituntut berpikir kritis. Pasalnya, masa depan bangsa tergantung kondisi para pelajar hari ini. Pegiat pendidikan Isep Suprapto mengatakan, kegiatan dalam merumuskan pertanyaan, melakukan pembatasan masalah, menguji data-data yang diperoleh, menganalisis berbagai pendapat, menghindari pertimbangan yang sangat emosional, menghindari penyederhanaan yang berlebihan, mempertimbangkan berbagai interpretasi menjadi faktor penentu siswa berpikir kritis. “Berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran,” ujarnya.

Jadi, tambahnya, berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. “Berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui pemberian pembelajaran bermakna,” terangnya.

Pembelajaran bermakna, lamjutnya, merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. “Ada tiga faktor yang memengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan, pembelajaran bermakna merupakan proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaan. “Pembelajaran terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran,” pungkasnya. (ris)

Related Articles

Back to top button