Dosen Unsika Buat Mesin Penepung Limbah Rajungan
UJI COBA: Dosen Unsika memperlihatkan cara kerja mesin penepung limbah rajungan.
CILAMAYA KULON, RAKA – Rajungan merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi di Kabupaten Karawang. Selain dikonsumsi di dalam negeri, rajungan merupakan komoditas ekspor yang cukup penting.
Bersama dengan kepiting bakau, rajungan diekspor ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan negara-negara di kawasan Eropa. Salah satu daerah penghasil rajungan di Kabupaten Karawang yaitu Pasirputih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon.
Limbah rajungan jika dibiarkan menumpuk akan membusuk, dan menimbulkan bau tidak sedap yang berdampak pada lingkungan sekitarnya. Dari permasalahan tersebut, Tim Program Penerapan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) tahun 2019 dari Fakultas Teknik Unsika yang terdiri dari Eri Widianto, Kusnadi, dan Kardiman membuat suatu inovasi berupa mesin penepung (crusher) limbah rajungan.
Sosialisasi program PPTTG digelar di kantor Desa Sukajaya, dihadiri sekitar 50 orang yang terdiri dari warga Desa Sukajaya dan dosen-dosen Fakultas Teknik Unsika beserta mahasiswa, Rabu (2/10).
Ketua Tim PPTTG Eri Widianto mengatakan, program penerapan teknologi tepat guna merupakan salah satu program hibah dari Direktorat Penguatan Riset dan Pengembahan, Kemenristekdikti. “Melalui program ini diharapkan ada hilirisasi dari hasil-hasil penelitian mahasiswa dan dosen, yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat,” katanya.
Kepala Desa Sukajaya Abdul Ghofur mengatakan, bahwa di Pasirputih ada 120 perahu nelayan yang tidak pernah mengenal musim dan selalu beroperasi. Kalau lagi booming, nelayan Pasirputih mendapatkan hasil tangkapan rajungan 5 ton per hari. Limbah cangkang rajungan menyisakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masyarakat. Dengan kegiatan program penerapan teknologi tepat guna yang dilaksanakan oleh tim dari Unsika, diharapkan bisa meminimalisir dampak-dampak lingkungan. “Saya menyambut baik program ini, kedepannya diharapkan tidak hanya limbah rajungan, tetapi juga persoalan sampah-sampah maupun objek wisata hutan mangrove. Harapan kami kedepannya antara pihak Unsika dan kami pemerintah Desa Sukajaya, ada kesinambungan program-program berikutnya,” kata Abdul. (psn)