Uncategorized

Tikus Serang Sawah Ciranggon

PERIKSA PADI : Petani Ciranggon saat memeriksa tanaman padi yang diserang tikus. Dampak dari serangan hama itu membuat hasil panen menurun, bahkan ada beberapa petani yang harus tanam ulang.

MAJALAYA, RAKA – Puluhan hektare sawah di Desa Cirangon, Kecamatan Majalaya diserang tikus sejak masa tanam sampai masa panen. Hal tersebut membuat para petani merugi. “Ini sawah kalau gak diairin padi gak bakal tumbuh, tapi kalau diairin pasti banyak tikus,” tutur Ogan, salah satu petani, saat memanen padi di sawah garapannya, Desa Cirangon, baru-baru ini.

Ia menuturkan, masalah paling berat bagi petani saat ini adalah mengusir hama tikus, sebab hama wareng bisa diatasi dengan pestisida meski tidak lagi didaptakan secara gratis dari UPTD Pertanian setempat. “Biasanya suka ada kasih racun (pestisida) gratis, tapi sejak 3 tahun sudah tidak ada,” keluhnya.

Meski demikian, ia bersyukur dengan harga gabah yang cukup tinggi. Menurutnya, harga gabah saat ini mencapai Rp520 ribu per kwintal untuk kualitas super. Sedangkan gabah dari hasil bibit gratis yang didapat dari kecamatan memeiliki nilai jual lebih rendah pada kisaran Rp450 ribu per kwintal. “Ya alhamdulillah harga gabahnya bagus, apa lagi yang kualitas super, kalau yang dari kecamatan mah lebih murah,” ceritanya.

Petani lainnya, Edi, juga mengalami hal yang sama, beberapa areal sawah garapannya rusak diserang tikus. Bahkan di areal sawah garapan petani lain kerugian lebih besar lagi. Dampaknya hasil panen menurun drastis dari biasanya mencapai 20 ton menjadi 4 ton saja per 3 hektare.

Lebih dari itu, beberapa areal lainnya gagal panen hingga petani terpaksa menanam ulang lebih cepat. “Dari awal sudah ada tikus, padi itu tidak bisa tumbuh sampai tua,” keluhnya.

Ia mengaku, sudah sangat frustasi dengan banyaknya hama tikus, sebab lebih sulit mengusir hama tikus ketimbang hama wareng. “Kalau wareng kan bisa dikasih racun, kalau tikus tidak bisa. Setiap malam tuh (tikus) berisik sudah seperti bebek saja, bingung saya juga ngusirnya,” tuturnya.

Mengenai pestisida gratis dari UPTD Pertanian setempat, Edi pun mengaku dirinya pun sudah lama tidak menerima bantuan tersebut padahal penyuluh dari UPTD Pertanian sering datang mengontrol areal sawah garapannya. “Gak tahu saya juga kenapa disetop, tapi kalau yang ikut kelompok tani kayanya masih dikasih,” ujarnya.

Sementara itu, pihak UPTD Kecamatan Telagasari belum bisa dimintai keterngan, karena sedang tidak berada di kantor. “Pak kepala dan yang lainnya lagi ke Cirebon, ikut pelatihan dari dinas pertanian,” jelas Nunung Nurhayati, salah seorang penyuluh pertanian lapangan (PPL) UPTD Pertanian Telagasari. Sayangnya ia sendiri enggan memberi keterangan lebih lanjut. (cr5)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button