Petani Cilamaya Beralih ke Pupuk Organik

H Bahrun
CILAMAYA WETAN, RAKA – Meminimalisir kadar kimia yang dinilai terlalu tinggi, petani Dusun Sidamulya, Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan beralih menggunakan pupuk organik untuk suplemen tanaman padinya.
Menurut anggota kelompok tani Sri Asih Desa Cilamaya H Bahrun, karena ketergantungan petani terhadap pupuk berbahan kimia, akhirnya kondisi tanah pesawahan ibarat tubuh yang terkonaminasi penyakit. Dampaknya pun jelas dirasakan oleh para petani. Mulai dari tumbuh kembang tanaman padi yang terkesan dipaksa, kadar tanahnya pun semakin kurang baik untuk dimanfaatkan. “Akibat pupuk berbahan kimia, tanah sawah jadi gak sehat. Makanya saya coba beralih ke pupuk organik,” ujarnya, Senin (28/10).
Diteruskannya, setelah memanfaatkan pupuk organik dari tahun 2012 lalu, terdapat beberapa perbedaan yang ia rasakan. Khususnya rasa beras dari padi yang telah ia olah menjadi nasi. Namun, H Bahrun juga mengakui, tidak sepenuhnya padi yang ia tanam menggunakan pupuk organik, karena kadar air yang susah dikendalikan. “50% pupuk organik, 50% pakai pupuk kimia,” ucapnya.
Selain pertumbuhan padi yang kurang baik, dampak lain yang lebih parah saat sawah menggunakan pupuk kimia yaitu kepada petaninya sendiri. Tanpa disadari, bahaya pupuk kimia itu mengancam kesehatan petani secara perlahan. Adapun hasil panen yang didapatkan petani setelah mengganti dengan pupuk kimia dengan pupuk organik, berat pendapatan tonasenya pun berkurang.
Jika menggunakan pupuk kimia mendapat tujuh atau lebih delapan ton, pakai pupuk organik hanya 5,5 ton saja. “Tapi bukan berapa banyak yang kita harapkan, tapi sisi kenikmatan dan kesehatannya,” akunya.
Sementara menurut Ketua Gapoktan Saluyu Aef Endang Sudrajat, saat ini hasil panen yang ia dapatkan hanya 2,5 ton saja untuk luas sawah 1 hektare. Ia meyakini bukan karena pupuk organik tersebut, namun akibat serangan hama tikus yang merajalela. “Tikusnya banyak banget, sekali nangkap dalam satu malam pakai genset kita dapat hampir 1000 ekor tikus,” terangnya.
Ia akui musim panen ini memang gagal, namun tidak menurunkan kualitas beras yang ia tanam. Untuk itu, kedepannya ia akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas padi yang ia tanam. (rok)