Kompensasi Pertamina Paket B Belum Cair
SEPI: Dagangan Iti (65) di tempat wisata Pantai Tanjungpakis sepi pembeli, kemarin. Kondisi ini terjadi setelah minyak mentah Pertamina bocor dan mencemari laut Karawang.
Pedagang Uring-uringan, Nelayan Pasrah
PAKISJAYA, RAKA – Minyak mentah yang bocor dari anjungan lepas pantai YYA, Blok migas Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dampaknya masih terasa bagi warga pesisir pantai Karawang.
Iti (65) seorang pedagang di tempat wisata Pantai Tanjungpakis, mengatakan omzet yang diperolehnya belum normal. Bahkan, dia pernah mendapat Rp10 ribu setelah seharian berjualan di area wisata. “Es saja sampai cair karena gak ada yang beli. Daripada mubazir, saya gunakan untuk cuci piring,” ungkap janda tua warga Pakis Satu, Desa Tanjungpakis, Kecamatan Tanjungpakis, kepada Radar Karawang.
Harapannya untuk mendapatkan kompensasi dari Pertamina juga belum jelas. Padahal, dia tercatat sebagai penerima kompensasi paket B. “Sudah pegel saya nunggunya, katanya hari Senin cair, tapi gak ada. Terus hari Rabu (kemarin) gak ada juga, sampai sekarang gak ada kabar lagi,” jelasnya.
Uang kompensasi yang diberikan Pertamina, lanjut Iti, rencananya akan digunakan untuk membuat sumur. Pasalnya selama ini dirinya sudah lelah mengambil air dari tetangganya maupun mushola yang dekat rumahnya untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, dia juga ingin membuat roda guna membawa barang dagangannya dari rumah ke warung yang biasa tempat jualan. Iti berharap besar kepada pemerintah agar dapat mendorong pihak Pertamina untuk memberikan uang kompensasi. “Justru saya lagi menunggu uang kompensasi itu, niatnya mau ngebor sumur kalu uang sudah turun,” katanya.
Suwati (50) pedagang kopi, minuman dan ikan bakar sekaligus penyedia kamar bilas (kamar mandi) mengatakan, namanya sudah tercantum sebagai penerima kompensasi paket B. Namun uang kompensasi tersebut belum dirasakannya. Dia mengaku masih banyak warung di pesisir pantai yang belum mendapatkan uang ganti rugi dari Pertamina. Kata dia, uang yang akan diberikan pertamina sebesar Rp30 ribu per hari dan terhitung selama dua bulan sejak ceceran minyak itu berlangsung. Jadi total keseluruhannya sebesar Rp1,8 juta. “alau yang paket A sudah dapat (uang kompensasi), kalau saya kan paket B, jadi sampai sekarang belum dapat,” ujarnya.
Tarmo (57) warga Dusun Paksisatu, Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, seoarng nelayan pinggir maupun tengah mengatakan namanya sudah tercatat sebagai penerima kompensasi paket C. Dia tak tahu pasti, kapan akan menerima uang kompensasi dari Pertamina. Sebab yang paket B saja belum terasalisi. “Masih banyak nelayan yang belum dapat kompensasi,” ujarnya.
Hal senada, Jali (45) seorang nelayan mengatakan sampai saat ini belum menerima uang dari pihak Pertamina. Padahal salah satunya atas ulah pekerjaan pihak Pertamina pula yang membuat hasil tangkapan ikannya menurun. “Hasil tangkapan ikan berkurang, tanya saja sama (nelayan) yang lain,” katanya.
Berbeda dengan Wahyudin (48) seorang nelayan yang sudah mendapatkan uang kompensasi dari Pertamina sebesar Rp1,8 juta. Dia mengaku uang yang diberikan Pertamina dirasa kurang bila dihitung dengan ceceran minyak yang berdampak pada penghasilan penangkapan udang maupun ikan. “Tapi Alhamdulillah segini juga bersyukur dapet, daripada gak dapet sama sekali,” pungkasnya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan, dari data yang sudah didapat, hingga saat ini tercatat 14.721 warga terdampak tumpahan minyak tersebut. “Tumpahan minyak, di KKP dan KLHK lagi kita urus. Tapi masyarakatnya kan sudah kita dampingi juga 14.721 sudah kita layani,” ujarnya. (mra)