HEADLINEKARAWANG

Kondisi Gedung SDN Pisangsambo 1 Peninggalan Belanda

MASIH DIGUNAKAN: Gedung SDN Pisangsambo 1 yang dibangun zaman kolonial Belanda hingga saat ini masih dipakai belajar.

Masih Digunakan Meski Banyak Bagian yang Rusak

TIRTAJAYA, RAKA – Tak ada yang berbeda, gedung SDN Pisangsambo I yang dibangun tahun 1912 ini masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Hanya saja, kondisinya tak sekokoh dulu. Sudah banyak bagian gedung yang sudah rusak.

SDN Pisangsambo 1 berada di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya. Bangunan yang hanya berbilik bambu ini dan lantai ditopang kayu, sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Sampai saat ini, masih digunakan untuk KBM, karena sekolah ini masih kekurangan ruang kelas.

Kepala SDN Pisangsambo I Endang Rahmat mengatakan, ruang kelas yang dibangun sejak tahun 1912 pada era kolonial Belanda tersebut, awalnya bertempat di Dusun Kutaampel Kecamatan Batujaya, karena letaknya yang tak jauh dari bantaran sungai Citarum, sehingga sering terkena banjir, kemudian bangunan dipindahkan oleh masyarakat ke Desa Pisangsambo pada tahun 1928, dan saat ini digunakan ruang kelas. “Waktu itu Pisangsambo masih wilayah Kecamatan Batujaya,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Kamis (31/10).

Endang yang baru menjabat kepala SDN Pisangsambo I sejak tahun 2018 ini melanjutkan, bangunan pendidikan era kolonial Belanda itu memiliki tiga ruangan, satu ruangan dijadikan KBM kelas IV, ruang tengah diperuntukkan musala atau praktik mata pelajaran agama, dan ruang pojok dijadikan tempat penyimpanan alat olahraga. Pihaknya mengaku sudah ada beberapa lembaga, komunitas, mahasiswa bahkan dari dinas kabupaten maupun dari Jakarta yang datang untuk melihat kondisi bangunan yang sudah melebihi satu abad tersebut. “Sampai sekarang belum ada biaya perawatan dari dinas, padahal kondisinya sudah banyak yang rusak,” katanya.

Alasan bangunan peninggalan penjajah Belanda ini masih digunakan, menurut Endang, karena sekolahnya kekurangan ruang kelas. Dia mengaku ada rencana bangunan kuno tersebut akan dijadikan semacam tempat kesenian. “Saya ingin bangunan itu diperbaiki, sebab sudah banyak yang rusak, seperti papan dan bilik,” ujarnya.

Endang yang sejak 1997 menjadi guru SDN Pisangsambo I ini menambahkan, bangunan yang terletak di dekat gerbang masuk sekolah itu masih banyak yang asli, hanya beberapa yang sudah diganti seperti bilik dan pintu. “Dulu waktu pertama ngajar di sini masih menggunakan pintu dua zaman dulu itu, dan katanya dulu juga (dindingnya) masih pakai papan, kalau sekarang sudah bilik,” jelasnya.

Eva Sofiawati, guru SDN Pisangsambo I menyampaikan, renovasi terkahir pada tahun 2011 oleh CSR BNI Sahabat Sekolah, itupun hanya mengecat saja. Pihaknya berharap ada pihak luar ataupun pemerintah yang dapat membantu memperbaiki bangunan bersejarah itu. “Semoga ada yang perbaiki bangunan (zaman Belanda) supaya terlihat lebih baik, tanpa mengurangi keasliannya,” jelasnya.

Yulia, guru SDN kelas IV, menagatakan sudah dua tahun mengajar anak didiknya di ruangan bekas pendidikan Belanda, dirinya mengaku ada salah seorang muridnya yang pernah terprosok kakinya sampai lutut akibat papan lantainya sudah rapuh, dan untungnya tidak sampai terluka. Menurut Yulia, walaupun belajar di bangunan lama, namun tidak mengurangi esensi pembelajaran, hanya saja perlu ada perbaikan. “Saya cuma khawatir sama bangunannya, karena papanya sudah rapuh, itu (papan lantai) juga banyak bekas tambalan,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Back to top button